Kamis, 06 November 2014

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK PERCOBAAN V PREPARAT WHOLE MOUNT STOMATA



LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK
PERCOBAAN V
PREPARAT WHOLE MOUNT STOMATA

OLEH
NAMA                 :  SULHIJA
STAMBUK         :  F1D1 10 104
KELOMPOK      :  V (LIMA)
ASISTEN             :  SUGIRENG

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012




I.       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari untuk fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus menyiapkan  kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia. Untuk mengetahui anatomi daun dan stomatanya maka metode yang digunakan yaitu metode whole mount.
Pembuatan preparat merupakan upaya untuk mempermudah pengamatan suatu bahan. Metode Whole Mount merupakan metode dimana objek yang akan dibuat sebagai preparat berada dalam keadaan utuh, yaitu tanpa sectioning. Sehingga dengan kondisi tersebut dapat diamati struktur utuh dari suatu organisme dan tentu saja objek akan terlihat dengan jelas ketika diamati menggunakan mikroskop. Struktur yang dapat diamati menggunakan metode Whole Mount ini adalah struktur reproduksi maipun struktur vegetatif pada suatu organisme.
Pembuatan sediaan utuh (whole mounts) stomata membutuhkan tahapan-tahapan diantaranya fiksasi, rehidrasi, pewarnaan, dehidratasi, penjernihan, dan mounting. Dalam pembuatan preparat biologi diperlukan pengetahuan dasar lainnya yang berkaitan dan menunjang, serta dibutuhkan pula suatu ketrampilan dalam menangani bahan dan alat yang digunakan. Dengan penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang cukup akan memberikan hasil yang baik. Pembuatan sediaan tersebut merupakan suatu pekerjaan yang bertahap dan berhubungan satu dengan yang lain sehingga kesalahan atau ketidaktelitian pada salah satu tahapan dapat mengakibatkan hasil akhir yang kurang baik pula.
Pembuatan preparat utuh (whole mounts) stomata dilakukan untuk mempelajari keadaan morfologi atau struktur anatomi stomata daun, untuk kepentingan taksonomi .
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum preparat whole mount stomata yaitu bagaimanakah cara membuat sediaan organism atau bagian tumbuhan secara utuh ?
C.    Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum praktikum preparat whole mount stomata yaitu untuk mengetahui cara membuat sediaan organism atau bagian tumbuhan secara utuh.
D.    Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum preparat whole mount stomata yaitu dapat mengetahui cara membuat sediaan organism atau bagian tumbuhan secara utuh.


II.    TINJAUAN PUSTAKA
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang  (Widjajanto dan Susetyoadi , 2001).
Pembuatan preparat merupakan upaya untuk mempermudah pengamatan suatu bahan. Metode Whole Mount merupakan metode dimana objek yang akan dibuat sebagai preparat berada dalam keadaan utuh, yaitu tanpa sectioning. Sehingga dengan kondisi tersebut dapat diamati struktur utuh dari suatu organisme dan tentu saja objek akan terlihat dengan jelas ketika diamati menggunakan mikroskop. Struktur yang dapat diamati menggunakan metode Whole Mount ini adalah struktur reproduksi maipun struktur vegetatif pada suatu organisme (Setjo, 2004).
Pembuatan preparat merupakan upaya untuk mempermudah pengamatan suatu bahan. Metode Whole Mount merupakan metode dimana objek yang akan dibuat sebagai preparat berada dalam keadaan utuh, yaitu tanpa sectioning. Sehingga dengan kondisi tersebut dapat diamati struktur utuh dari suatu organisme dan tentu saja objek akan terlihat dengan jelas ketika diamati menggunakan mikroskop (Perwati, 2009).
Whole mounth merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole mounth ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum saja. Metode pembuatan preparat yang digunakan untuk pengamatan secara menyeluruh, artinya mempelajari struktur vegetatif dan reproduktifnya tanpa melakukan penyayatan terhadap tanaman tersebut karena metode ini menggunakan semua bagian tanaman sebagai preparatnya (Kartasaputra, 1998).
Stomata berasal dari bahasa Yunani yaitu stoma yang berarti lubang atau porus, jadi stomata adalah lubang-lubang kecil berbentuk lonjong yang dikelilingi oleh dua sel epidermis khusus yang disebut sel penutup (Guard Cell), dimana sel penutup tersebut adalah sel-sel epidermis yang telah mengalami kejadian perubahan bentuk dan fungsi yang dapat mengatur besarnya lubang- lubang yang ada diantaranya (Gembong, 2005).


DAFTAR PUSTAKA
Gembong, T. 2005. Morfologi Tumbuhan. UGM Press: Yogyakarta
Kartasaputra, A.G. 1998. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, tentang sel dan
 jaringan. Bina Aksar. Jakarta.

Perwati, Lilih Khotim. 2009. Analisis Derajat Ploidi dan Pengaruhnya Terhadap
Variasi Ukuran Stomata dan Spora pada Adiantum raddianum. BIOMA, Vl. 11, No. 2, Hal. 39-44.

Setjo, Susetyoadi, 2004, Anatomi Tumbuhan, Malang, Universitas Negeri Malang.

Widjajanto dan Susetyoadi Setjo, 2001, Mikroteknik Tumbuhan, Malang, Universitas Negeri Malang.









III. METODE PRAKTIKUM
A.      Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 1 Desember 2012, pukul 15.30 – 17.30 WITA dan bertempat di Laboratorium Botani Fakultas MIPA Universitas Haluoleo, Kendari.
B.       Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ”Preparat Whole Mount Stomata” dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan fungsi pada praktikum “Preparat Whole Mount Stomata”
No.
Nama Alat
Fungsi
1
Cawan petri
Untuk menyimpan bahan amatan
2
Pipet tetes
Untuk mengmbil larutan
3
Kaca objek
Untuk meletakkan organ yang akan diamati dibawah mikroskop
4
Kaca penutup
Untuk menutup organ pada kaca objek
5
Pinset
Untuk mengambil sampel amatan
6
Mikroskop
Untuk mengamati preparat
7
Silet goal
Untuk menyayat objek pengamatan
8
Kamera digital
Untuk mengambil gambar hasil pengamatan








Bahan yang digunakan dalam praktikum “Preparat Whole Mount Stomata” dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum “Preparat Whole Mount Stomata”
No.
Nama Bahan
Kegunaan
1
Daun kunyit (Curcuma domestika), daun lengkuas (Alphinia galangal), daun begonia (Begonia sp.), daun Lombok (Capsicum annum), daun pandan (Pandanus sp.)
Sebagai objek pengamatan Whole mount stomata
2
Alkohol 70%
Sebagai larutan fiksatif
3
Aquades
Sebagai larutan pencuci setelah fiksasi
4
Safranin 1%
Sebagai larutan pewarna
5
Asam nitrat 25%
Sebagai larutan yang digunakan untuk melunakan objek pengamatan (daun)
6
Gliesrin 30%
Sebagai perekat
7
Kertas label
Untuk memberi label pada sampel
8
Tissue
Untuk membersihkan alat yang telah digunakan

C.      Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Preparat Whole Mount Stomata yaitu sebagai berikut:
1.      Memfiksasi daun di dalam larutan fiksatif alkohol 70% selama 1 jam.
2.      Melakukan pencucian dengan membuang larutan fiksatif lalu diganti akuades beberapa kali.
3.      Melunakkan daun dengan merendamnya di dalam larutan HNO3 25% selama 15 – 30 menit.
4.      Mencuci daun terlebih dahulu dengan akuades sebelum membuat sayatan paradermal.
5.      Melihat sayatan di bawah mikroskop apakah sayatan sudah cukup tipis.
6.      Mengambil sayatan dengan kuas lalu membilasnya dengan akuades.
  1. Merendam sayatan dalam larutan bayclin selama 5 – 10 menit untuk melarutkan klorofil yang akan menghalangi stomata.
  2. Membilas sayatan dengan akuades sampai larutan bayclin hilang.
  3. Pewarnaan : Mewarnai sayatan epidermis daun dengan pewarna tunggal yaitu safranin 1% (aquosa) selama 3 – 5 menit.
  4. Membilas kembali sayatan yang telah diwarnai dengan akuades.
  5. Mengambil sayatan dengan kuas, meletakkan di atas kaca objek (usahakan jangan sampai terlipat atau menggulung) lalu meneteskan larutan gliserin 30%.
  6. Menutup kaca objek dengan kaca penutup, membersihan sisa larutan gliserin 30%.
  7. Mengolesi pinggiran kaca penutup dengan kutek bening lalu memberi label di salah satu ujung kaca objek. Pinggiran kaca penutup diolesi kutek bening, beri label disalah satu ujung kaca  objek.
  8. Mengamati di bawah mikroskop.



IV.        HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum Preparat Whole Mount Stomata adalah sebagai berikut:
1.      Stomata Begonia (Begonia sp.)
Keterangan:
1.      Sel Tetangga
2.      Sel Penjaga
3.      Dinding bagian dalam
4.      Dinding bagian luar
5.      Stoma
6.      Porus

 
6
 
5
 
4
 
2
 
3
 
1
 
2.      Stomata Cabe (Capsicum anum)
5
 
4
 
3
 
1
 
2
 
Keterangan:
1.    Sel Penjaga
2.    Porus
3.    Dinding bagian luar
4.    Stoma
5.    Dinding bagian dalam

 
 


3.      Stomata Lengkuas (Alphinia galanga)
4
 
5
 
6
 
3
 
2
 
1
 
Keterangan:
1.   Sel Tetangga
2.   Sel Penjaga
3.   Porus
4.   Dinding bagian luar
5.   Stoma
6.  Dinding bagian dalam

 
4.      Stomata Pandan (Pandanus tectorius)
3
 
5
 
4
 
2
 
6
 
1
 
Keterangan:
1.    Sel Tetangga
2.    Sel Penjaga
3.    Porus
4.    Dinding bagian luar
5.    Stoma
6.    Dinding bagian dalam

 
5.      Stomata Kunyit (Curcuma domestika)
6
 
5
 
4
 
3
 
2
 
1
 
Keterangan:
1.    Sel Tetangga
2.    Sel Penjaga
3.    Porus
4.    Dinding bagian luar
5.    Stoma
6.    Dinding bagian dalam

 
B.     Pembahasan
Pada mikroteknik, terdapat beberapa jenis teknik dalam pembuatan praparat, yaitu metode sediaan utuh (Whole Mounts) dengan metoda ini dipersiapkan sediaan yang terdiri atas keseluruhan organisme (baik hewan maupun tumhuhan) secara utuh. spesimen kultur, organ, maupun bagian organ, embrio, sel telur, spermatozoa ,potongan syaraf,pembuluh darah, jenis-jenis selaput tipis dan sebagainya. Melalui metoda ini diusahakan agar kita mendapat kesan bentuk aslinya dengan mempertahankan format-format taga dimensinya. Yang menjadi pembatas adalah faktor ukuran, ketabalan, serta tingkat transparansi sediaan yang kita buat tersebut yang berkaitan dengan faktor pembesaran pengamatan melalui mikroskop nantinya.
Whole mount yaitu metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu.
Metode pembuatan preparat yang digunakan untuk pengamatan secara menyeluruh, artinya mempelajari struktur vegetatif dan reproduktifnya tanpa melakukan penyayatan terhadap tanaman tersebut karena metode ini menggunakan semua bagian tanaman sebagai preparatnya. Tentu saja tanaman yang diamati haruslah berukuran kecil sehingga dapat termuat pada objek glass. Sedangkan pada tanaman yang agak besar bisa dilakukan pemangkasan agar menjadi lebih rapi dan kecil. Metode whole mounth mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan metode ini adalah dapat mengamati seluruh bagian tanaman dengan jelas tiap bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahannya adalah metode ini hanya bisa dilakukan pada tanaman dengan ukuran yang kecil saja tidak bisa tanaman yang besar sehingga metode ini perlu terus dikembangkan dengan melakukan bebagai percobaan.
Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang.
Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air. Daun tua telah kehilangan klorofil sebagai bagian dari penuaan. Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur). Fungsi dari daun itu sendiri yaitu tempat terjadinya fotosintesis, pada tumbuhan dikotil, terjadinya fotosintesis di jaringan parenkim palisade. sedangkan pada tumbuhan monokotil, fotosintesis terjadi pada jaringan spons, sebagai organ pernapasan, pada daun terdapat stomata yang befungsi sebagai organ respirasi, tempat terjadinya transpirasi, tempat terjadinya gutasi, alat perkembangbiakkan vegetatif.
Sel yang mengelilingi stomata atau biasa disebut dengan sel tetangga berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup. Sel penutup letaknya dapat sama tinggi, lebih tinggi atau lebih rendah dari sel epidermis lainnya. Bila sama tinggi dengan permukaan epidermis lainnya disebut faneropor, sedangkan jika menonjol atau tenggelam di bawah permukaan disebut kriptopor. Setiap sel penutup mengandung inti yang jelas dan kloroplas yang secara berkala menghasilkan pati. Dinding sel penutup dan sel penjaga sebagian berlapis lignin.
Kadang stomata hanya terdapat dibawah permukaan daun, tetapi juga sering ditemui pada kedua permukaannya, meskipun lebih banyak terdapat dibawah permukaan daun. Daun teratai mempunyai stomata di bagian atas daun, dan tumbuhan yang terendam air tidak memiliki stomata sama sekali. Stomata pada umumnya membuka pada saat matahari mulai terbit dan menutup saat hari gelap, sehingga memungkinkan masuknya CO yang diperlukan untuk fotosintesis di siang hari. Umumnya proses pembukaan memerlukan waktu 1 jam, dan penutupan berlangsung secara bertahap sepanjang sore.
Tidak semua stomata pada spesies sangat peka terhadap kelembaban atmosfer. Stomata menutup bila selisih kandungan uap air di udara dan di ruang antar sel melebihi titik kritik. Hal itu mungkin disebabkan gradien uap yang tajam mendorong penutupan stomata, respon paling cepat terhadap kelembaban yang rendah terjadi pada saat tingkat cahaya rendah. Suhu tinggi (30 – 350C) biasanya menyebabkan stomata menutup. Mungkin hal ini sebagai respon taklangsung tumbuhan terhadap keadaan rawan air, atau mungkin karena laju respirasi naik sehingga CO2 dalam daun juga naik.
Berdasarkan hubungan ontogenetik antara sel penjaga dan sel tetangga, stomata dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu stomata mesogen, yaitu sel tetangga dan sel penjaga asalnya sama, stomata perigen, yaitu sel tetangga berkembang dari sel protoderm yang berdekatan dengan sel induk stomata, tomata mesoperigen, yaitu sel-sel yang mengelilingi stomata asalnya berbeda, yang satu atau beberapa sel tetangga dan sel penjaga asalnya sama, sedangkan yang lainnya tidak demikian.
Tumbuhan dikotil, berdasarkan susunan sel epidermis yang ada di samping sel penutup dibedakan menjadi empat tipe stomata yaitu anomositik, sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang tidak beda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya. Umum pada Ranuculaceae, Cucurbitaceae, Malvaceae. Anisositik, sel penutup diiringi 3 buah sel tetangga yang tidak sama besar. Misalnya pada Cruciferae, Nicotiana, Solanum, parasitik, setiap sel penutup diiringi sebuah sel tetangga/lebih dengan sumbu panjang sel tetangga itu sejajar sumbu sel penutup serta celah. Pada Rubiaceae, Magnoliaceae, Convolvulaceae, Mimosaceae dan diasitik,
setiap stoma dikelilingi oleh 2 sel tetangga yang tegak lurus terhadap sumbu panjang sel penutup dan celah. Pada Caryophylaceae, Acanthaceae.
Fiksasi adalah langkah awal yang penting dalam melakukan teknik whole mount karena fiksasi berfungsi menghentikan proses metabolisme secara cepat, mencegah kerusakan jaringan, mengawetkan komponen-komponen sitologis dan histologis, mengawetkan keadaan sebenarnya, mengeraskan materi-materi yang lembek sehingga  akan terjadi koagulasi protoplasma maupun elemen-elemen di dalam protoplasma. Hasil dari suatu fiksasi dikatakan baik apabila memenuhi sarat berupa memiliki kemampuan untuk mengendapkan kromatin, memiliki kemampuan untuk mematikan segera, memiliki kemampuan mengautolisis protein, mencegah terjadinya dekomposisi yang dilakukan oleh bakteri dan dapat menyesuaikan pH antara jaringan dengan lingkungan.
Praktikum preparat whole mount stomata yang kami menggunakan daun Begonia (Begonia sp.), daun kunyit (Curcuma domestika), daun lengkuas (Alphinia galangal), daun lombok (Capsicum anum),  dan daun pandan (Pandanus tectorius) sebagai bahan yang akan di buat sediaan Whole mount. Langkah pertama dalam pembuatan preparat  Whole mount yang kami lakukan adalah mencari daun tumbuhan , serta memilih daun yang paling baik untuk dilakukan proses pembuatan preparat syarat utama untuk memilih daun yang akan digunakan adalah yang masih memiliki morfologi yang utuh. Langkah selanjutnya dalam pembuatan preparat Whole mount adalah semua bahan.dimasukan ke dalam wadah atau cawan petri dalam tahapan ini bahan yang dimasukkan diharapkan lebih dari 1 sehingga jika terjadi kesalahan dalam proses pembuatan atau ada hasil yang buruk maka masih ada cadangan yang digunakan. Selanjutnya setelah bahan dimasukkan ke dalam wadah maka langsung dilakukan fiksasi dengan cara ditetesi larutan KOH hingga bahan tadi kesemuanya terendam selama 1 Jam. kemudian dicuci dengan air, perlakuan ini bertujuan untuk mencuci bahan dari sisa-sisa larutan KOH. Selanjutnya, ditetesi asam nitrat (HNO3) 10% selama 20 menit dengan tujuan agar daun menjadi lunak dan mudah untuk disayat, kemudian sesudah 30 menit dicuci lagi dengan menggunakan Aquades selama 10 menit agar sisa larutan dari asam nitrat menjadi hilang dan bersih.
Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan pewarna tunggal yaitu safranin 1% selama 5 menit kemudian dilakukan pengamatan di bawah mikroskop Pada praktikum mikroteknik whole mount stomata ini, semua  bahan yang berhasil diamati dan memperoleh gambar yang baik, yakni whole mount stomata Begonia (Begonia sp.), daun kunyit (Curcuma domestika) dengan tipe stomatanya anomositik, sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang tidak beda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya, daun lengkuas (Alphinia galanga) tipe stomatanya yaitu anomositik, sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang tidak beda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya,  dan daun pandan (Pandanus tectorius), Lombok (Capsicum anum) dengan tipe stomatanya yitu diasitik, setiap stoma dikelilingi oleh 2 sel tetangga yang tegak lurus terhadap sumbu panjang sel penutup dan celah.
V.    PENUTUP
A.    Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpukan yaitu hasil preparat whole mount stomata daun yang kami lakukan yaitu stomata Begonia (Begonia sp.), daun kunyit (Curcuma domestika) dengan tipe stomatanya anomositik, sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang tidak beda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya, daun lengkuas (Alphinia galangal),  dan daun pandan (Pandanus tectorius), Lombok (Capsicum anum) dengan tipe stomatanya yitu diasitik, setiap stoma dikelilingi oleh 2 sel tetangga yang tegak lurus terhadap sumbu panjang sel penutup dan celah.
B.     Saran
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu diharapkan semua praktikan ikut serta dalam proses praktikum.

Tidak ada komentar: