LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROTEKNIK
PERCOBAAN V
PREPARAT
WHOLE MOUNT STOMATA
OLEH
NAMA
: SULHIJA
STAMBUK
: F1D1 10 104
KELOMPOK :
V (LIMA)
ASISTEN
: SUGIRENG
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Daun merupakan
salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau (mengandung
klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari untuk fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam
melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus menyiapkan kebutuhan energinya sendiri melalui konversi
energi cahaya menjadi energi kimia. Untuk mengetahui anatomi daun dan stomatanya maka metode
yang digunakan yaitu metode whole mount.
Pembuatan
preparat merupakan upaya untuk mempermudah pengamatan suatu bahan. Metode Whole Mount merupakan metode dimana
objek yang akan dibuat sebagai preparat berada dalam keadaan utuh, yaitu tanpa
sectioning. Sehingga dengan kondisi tersebut dapat diamati struktur utuh dari
suatu organisme dan tentu saja objek akan terlihat dengan jelas ketika diamati
menggunakan mikroskop. Struktur yang dapat diamati menggunakan metode Whole
Mount ini adalah struktur reproduksi maipun struktur vegetatif pada suatu
organisme.
Pembuatan sediaan utuh (whole mounts) stomata
membutuhkan tahapan-tahapan diantaranya fiksasi, rehidrasi, pewarnaan,
dehidratasi, penjernihan, dan mounting. Dalam pembuatan preparat biologi
diperlukan pengetahuan dasar lainnya yang berkaitan dan menunjang, serta
dibutuhkan pula suatu ketrampilan dalam menangani bahan dan alat yang
digunakan. Dengan penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang cukup
akan memberikan hasil yang baik. Pembuatan sediaan tersebut merupakan suatu
pekerjaan yang bertahap dan berhubungan satu dengan yang lain sehingga
kesalahan atau ketidaktelitian pada salah satu tahapan dapat mengakibatkan
hasil akhir yang kurang baik pula.
Pembuatan preparat utuh (whole mounts) stomata
dilakukan untuk mempelajari keadaan morfologi atau struktur anatomi stomata
daun, untuk kepentingan taksonomi .
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum preparat whole mount stomata
yaitu bagaimanakah cara membuat sediaan organism atau bagian tumbuhan secara
utuh ?
C.
Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum praktikum
preparat whole mount stomata yaitu untuk mengetahui cara membuat sediaan
organism atau bagian tumbuhan secara utuh.
D.
Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum preparat whole mount stomata yaitu dapat mengetahui
cara membuat sediaan organism atau bagian tumbuhan secara utuh.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Fotosintesis adalah
suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri
untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang
dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting
bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar
oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi
melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof.
Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam
fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai
molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi
karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri
belerang (Widjajanto dan Susetyoadi , 2001).
Pembuatan preparat merupakan upaya untuk mempermudah
pengamatan suatu bahan. Metode Whole
Mount merupakan metode dimana objek yang akan dibuat sebagai preparat
berada dalam keadaan utuh, yaitu tanpa sectioning. Sehingga dengan kondisi
tersebut dapat diamati struktur utuh dari suatu organisme dan tentu saja objek
akan terlihat dengan jelas ketika diamati menggunakan mikroskop. Struktur yang
dapat diamati menggunakan metode Whole
Mount ini adalah struktur reproduksi maipun struktur vegetatif pada suatu
organisme (Setjo, 2004).
Pembuatan preparat merupakan upaya untuk mempermudah
pengamatan suatu bahan. Metode Whole Mount merupakan metode dimana objek yang
akan dibuat sebagai preparat berada dalam keadaan utuh, yaitu tanpa sectioning.
Sehingga dengan kondisi tersebut dapat diamati struktur utuh dari suatu
organisme dan tentu saja objek akan terlihat dengan jelas ketika diamati
menggunakan mikroskop (Perwati, 2009).
Whole mounth merupakan
metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa
didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada metode ini, preparat yang diamati
adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu.
Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole mounth ini terlihat dalam wujud
utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang
dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum saja. Metode
pembuatan preparat yang digunakan untuk pengamatan secara menyeluruh, artinya
mempelajari struktur vegetatif dan reproduktifnya tanpa melakukan penyayatan
terhadap tanaman tersebut karena metode ini menggunakan semua bagian tanaman
sebagai preparatnya (Kartasaputra,
1998).
Stomata berasal dari bahasa Yunani yaitu stoma yang berarti lubang atau
porus, jadi stomata adalah lubang-lubang kecil berbentuk lonjong yang
dikelilingi oleh dua sel epidermis khusus yang disebut sel penutup (Guard
Cell), dimana sel penutup tersebut adalah sel-sel epidermis yang telah
mengalami kejadian perubahan bentuk dan fungsi yang dapat mengatur besarnya
lubang- lubang yang ada diantaranya (Gembong, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Gembong, T. 2005. Morfologi Tumbuhan. UGM Press:
Yogyakarta
Kartasaputra, A.G. 1998. Pengantar
Anatomi Tumbuh-tumbuhan, tentang sel dan
jaringan.
Bina Aksar. Jakarta.
Perwati, Lilih Khotim. 2009. Analisis Derajat Ploidi dan Pengaruhnya Terhadap
Variasi Ukuran Stomata dan Spora
pada Adiantum raddianum. BIOMA, Vl.
11, No. 2, Hal. 39-44.
Setjo, Susetyoadi, 2004, Anatomi
Tumbuhan, Malang, Universitas Negeri Malang.
Widjajanto dan Susetyoadi Setjo,
2001, Mikroteknik Tumbuhan, Malang, Universitas Negeri Malang.
III. METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 1 Desember 2012, pukul 15.30 – 17.30
WITA dan bertempat di Laboratorium Botani Fakultas MIPA Universitas Haluoleo,
Kendari.
B.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ”Preparat Whole Mount Stomata” dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan fungsi pada praktikum “Preparat Whole Mount Stomata”
No.
|
Nama Alat
|
Fungsi
|
1
|
Cawan
petri
|
Untuk
menyimpan bahan amatan
|
2
|
Pipet
tetes
|
Untuk
mengmbil larutan
|
3
|
Kaca
objek
|
Untuk
meletakkan organ yang akan diamati dibawah mikroskop
|
4
|
Kaca
penutup
|
Untuk
menutup organ pada kaca objek
|
5
|
Pinset
|
Untuk
mengambil sampel amatan
|
6
|
Mikroskop
|
Untuk
mengamati preparat
|
7
|
Silet
goal
|
Untuk
menyayat objek pengamatan
|
8
|
Kamera
digital
|
Untuk
mengambil gambar hasil pengamatan
|
Bahan yang
digunakan dalam praktikum “Preparat Whole
Mount Stomata” dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum “Preparat Whole Mount Stomata”
No.
|
Nama Bahan
|
Kegunaan
|
1
|
Daun
kunyit (Curcuma domestika), daun
lengkuas (Alphinia galangal), daun
begonia (Begonia sp.), daun Lombok (Capsicum annum), daun pandan (Pandanus
sp.)
|
Sebagai
objek pengamatan Whole mount stomata
|
2
|
Alkohol
70%
|
Sebagai
larutan fiksatif
|
3
|
Aquades
|
Sebagai
larutan pencuci setelah fiksasi
|
4
|
Safranin
1%
|
Sebagai
larutan pewarna
|
5
|
Asam
nitrat 25%
|
Sebagai
larutan yang digunakan untuk melunakan objek pengamatan (daun)
|
6
|
Gliesrin
30%
|
Sebagai
perekat
|
7
|
Kertas
label
|
Untuk
memberi label pada sampel
|
8
|
Tissue
|
Untuk
membersihkan alat yang telah digunakan
|
C.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Preparat Whole Mount Stomata yaitu sebagai
berikut:
1.
Memfiksasi daun di
dalam larutan fiksatif alkohol 70% selama 1 jam.
2.
Melakukan pencucian
dengan membuang larutan fiksatif lalu diganti akuades beberapa kali.
3.
Melunakkan daun dengan
merendamnya di dalam larutan HNO3 25% selama 15 – 30 menit.
4.
Mencuci daun terlebih
dahulu dengan akuades sebelum membuat sayatan paradermal.
5.
Melihat sayatan di
bawah mikroskop apakah sayatan sudah cukup tipis.
6.
Mengambil sayatan
dengan kuas lalu membilasnya dengan akuades.
- Merendam sayatan dalam larutan bayclin selama 5 – 10 menit untuk melarutkan klorofil yang akan menghalangi stomata.
- Membilas sayatan dengan akuades sampai larutan bayclin hilang.
- Pewarnaan : Mewarnai sayatan epidermis daun dengan pewarna tunggal yaitu safranin 1% (aquosa) selama 3 – 5 menit.
- Membilas kembali sayatan yang telah diwarnai dengan akuades.
- Mengambil sayatan dengan kuas, meletakkan di atas kaca objek (usahakan jangan sampai terlipat atau menggulung) lalu meneteskan larutan gliserin 30%.
- Menutup kaca objek dengan kaca penutup, membersihan sisa larutan gliserin 30%.
- Mengolesi pinggiran kaca penutup dengan kutek bening lalu memberi label di salah satu ujung kaca objek. Pinggiran kaca penutup diolesi kutek bening, beri label disalah satu ujung kaca objek.
- Mengamati di bawah mikroskop.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada
praktikum Preparat Whole Mount Stomata
adalah sebagai berikut:
1.
Stomata Begonia (Begonia
sp.)
|
|
|
|
|
|
|
2. Stomata Cabe (Capsicum anum)
|
|
|
|
|
|
3.
Stomata Lengkuas (Alphinia
galanga)
|
|
|
|
|
|
|
4.
Stomata Pandan (Pandanus
tectorius)
|
|
|
|
|
|
|
5. Stomata Kunyit (Curcuma
domestika)
|
|
|
|
|
|
|
B.
Pembahasan
Pada
mikroteknik, terdapat beberapa jenis teknik dalam pembuatan praparat, yaitu metode sediaan utuh (Whole Mounts) dengan
metoda ini dipersiapkan sediaan yang terdiri atas keseluruhan organisme (baik
hewan maupun tumhuhan) secara utuh. spesimen kultur, organ, maupun bagian
organ, embrio, sel telur, spermatozoa ,potongan syaraf,pembuluh darah,
jenis-jenis selaput tipis dan sebagainya. Melalui metoda ini diusahakan agar
kita mendapat kesan bentuk aslinya dengan mempertahankan format-format taga
dimensinya. Yang menjadi pembatas adalah faktor ukuran, ketabalan, serta
tingkat transparansi sediaan yang kita buat tersebut yang berkaitan dengan
faktor pembesaran pengamatan melalui mikroskop nantinya.
Whole mount yaitu metode pembuatan preparat yang
nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses
pemotongan. Jadi pada metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh
baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu.
Metode pembuatan preparat yang digunakan untuk
pengamatan secara menyeluruh, artinya mempelajari struktur vegetatif dan
reproduktifnya tanpa melakukan penyayatan terhadap tanaman tersebut karena
metode ini menggunakan semua bagian tanaman sebagai preparatnya. Tentu saja
tanaman yang diamati haruslah berukuran kecil sehingga dapat termuat pada objek
glass. Sedangkan pada tanaman yang agak besar bisa dilakukan pemangkasan agar
menjadi lebih rapi dan kecil. Metode whole mounth mempunyai kelebihan dan
kelemahan masing-masing. Kelebihan metode ini adalah dapat mengamati seluruh
bagian tanaman dengan jelas tiap bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahannya
adalah metode ini hanya bisa dilakukan pada tanaman dengan ukuran yang kecil
saja tidak bisa tanaman yang besar sehingga metode ini perlu terus dikembangkan
dengan melakukan bebagai percobaan.
Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian,
bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi
bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari
atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang.
Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan
fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat
mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air. Daun tua telah
kehilangan klorofil sebagai bagian dari penuaan. Warna hijau pada daun berasal
dari kandungan klorofil pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi
panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya
daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah
menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur).
Fungsi dari daun itu sendiri yaitu tempat terjadinya fotosintesis, pada
tumbuhan dikotil, terjadinya fotosintesis di jaringan parenkim palisade.
sedangkan pada tumbuhan monokotil, fotosintesis terjadi pada jaringan spons,
sebagai organ pernapasan, pada daun terdapat stomata yang befungsi sebagai
organ respirasi, tempat terjadinya transpirasi, tempat terjadinya gutasi, alat perkembangbiakkan vegetatif.
Sel yang mengelilingi stomata atau
biasa disebut dengan sel tetangga berperan dalam perubahan osmotik yang
menyebabkan gerakan sel penutup. Sel penutup letaknya dapat sama tinggi, lebih
tinggi atau lebih rendah dari sel epidermis lainnya. Bila sama tinggi dengan
permukaan epidermis lainnya disebut faneropor, sedangkan jika menonjol atau
tenggelam di bawah permukaan disebut kriptopor. Setiap sel penutup mengandung
inti yang jelas dan kloroplas yang secara berkala menghasilkan pati. Dinding
sel penutup dan sel penjaga sebagian berlapis lignin.
Kadang
stomata hanya terdapat dibawah permukaan daun, tetapi juga sering ditemui pada
kedua permukaannya, meskipun lebih banyak terdapat dibawah permukaan daun. Daun
teratai mempunyai stomata di bagian atas daun, dan tumbuhan yang terendam air
tidak memiliki stomata sama sekali. Stomata pada umumnya membuka pada saat
matahari mulai terbit dan menutup saat hari gelap, sehingga memungkinkan
masuknya CO yang diperlukan untuk fotosintesis di siang hari.
Umumnya proses pembukaan memerlukan waktu 1 jam, dan penutupan berlangsung
secara bertahap sepanjang sore.
Tidak semua stomata pada
spesies sangat peka terhadap kelembaban atmosfer. Stomata menutup bila selisih
kandungan uap air di udara dan di ruang antar sel melebihi titik kritik. Hal
itu mungkin disebabkan gradien uap yang tajam mendorong penutupan stomata,
respon paling cepat terhadap kelembaban yang rendah terjadi pada saat tingkat
cahaya rendah. Suhu tinggi (30 – 350C) biasanya menyebabkan stomata menutup.
Mungkin hal ini sebagai respon taklangsung tumbuhan terhadap keadaan rawan air,
atau mungkin karena laju respirasi naik sehingga CO2 dalam daun juga naik.
Berdasarkan hubungan ontogenetik
antara sel penjaga dan sel tetangga, stomata dapat dibagi menjadi tiga tipe,
yaitu stomata mesogen, yaitu sel tetangga dan sel penjaga asalnya sama, stomata
perigen, yaitu sel tetangga berkembang dari sel protoderm yang berdekatan
dengan sel induk stomata, tomata mesoperigen, yaitu sel-sel yang mengelilingi
stomata asalnya berbeda, yang satu atau beberapa sel tetangga dan sel penjaga
asalnya sama, sedangkan yang lainnya tidak demikian.
Tumbuhan dikotil, berdasarkan
susunan sel epidermis yang ada di samping sel penutup dibedakan menjadi empat
tipe stomata yaitu anomositik, sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang
tidak beda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya. Umum pada Ranuculaceae, Cucurbitaceae, Malvaceae.
Anisositik, sel penutup diiringi 3 buah sel tetangga yang tidak sama besar.
Misalnya pada Cruciferae, Nicotiana,
Solanum, parasitik, setiap sel penutup diiringi sebuah sel tetangga/lebih
dengan sumbu panjang sel tetangga itu sejajar sumbu sel penutup serta celah.
Pada Rubiaceae, Magnoliaceae,
Convolvulaceae, Mimosaceae dan diasitik,
setiap stoma dikelilingi oleh 2 sel
tetangga yang tegak lurus terhadap sumbu panjang sel penutup dan celah. Pada Caryophylaceae, Acanthaceae.
Fiksasi adalah langkah awal yang penting dalam melakukan
teknik whole mount karena fiksasi berfungsi menghentikan proses metabolisme
secara cepat, mencegah kerusakan jaringan, mengawetkan komponen-komponen
sitologis dan histologis, mengawetkan keadaan sebenarnya, mengeraskan
materi-materi yang lembek sehingga akan terjadi koagulasi protoplasma
maupun elemen-elemen di dalam protoplasma. Hasil dari suatu fiksasi dikatakan
baik apabila memenuhi sarat berupa memiliki kemampuan untuk mengendapkan
kromatin, memiliki kemampuan untuk mematikan segera, memiliki kemampuan
mengautolisis protein, mencegah terjadinya dekomposisi yang dilakukan oleh
bakteri dan dapat menyesuaikan pH antara jaringan dengan lingkungan.
Praktikum preparat whole mount stomata yang kami
menggunakan daun
Begonia (Begonia sp.), daun kunyit (Curcuma domestika), daun lengkuas (Alphinia galangal), daun lombok (Capsicum anum), dan daun pandan (Pandanus tectorius) sebagai bahan yang
akan di buat sediaan Whole mount. Langkah pertama dalam pembuatan preparat Whole mount yang kami lakukan adalah mencari
daun tumbuhan , serta memilih daun yang paling baik untuk dilakukan proses
pembuatan preparat syarat utama untuk memilih daun yang akan digunakan adalah
yang masih memiliki morfologi yang utuh. Langkah selanjutnya dalam pembuatan preparat
Whole mount adalah semua bahan.dimasukan ke dalam wadah atau cawan petri
dalam tahapan ini bahan yang dimasukkan diharapkan lebih dari 1 sehingga jika
terjadi kesalahan dalam proses pembuatan atau ada hasil yang buruk maka masih
ada cadangan yang digunakan. Selanjutnya setelah bahan dimasukkan ke dalam
wadah maka langsung dilakukan fiksasi dengan cara ditetesi larutan KOH hingga
bahan tadi kesemuanya terendam selama 1 Jam. kemudian dicuci dengan air,
perlakuan ini bertujuan untuk mencuci bahan dari sisa-sisa larutan KOH.
Selanjutnya, ditetesi asam nitrat (HNO3) 10% selama 20 menit dengan
tujuan agar daun menjadi lunak dan mudah untuk disayat, kemudian sesudah 30
menit dicuci lagi dengan menggunakan Aquades selama 10 menit agar sisa larutan
dari asam nitrat menjadi hilang dan bersih.
Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan pewarna
tunggal yaitu safranin 1% selama 5 menit kemudian dilakukan pengamatan di bawah
mikroskop Pada praktikum mikroteknik whole
mount stomata ini, semua bahan yang
berhasil diamati dan memperoleh gambar yang baik, yakni whole mount stomata Begonia (Begonia
sp.), daun kunyit (Curcuma domestika)
dengan tipe stomatanya anomositik, sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel
yang tidak beda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya, daun lengkuas (Alphinia galanga) tipe stomatanya yaitu anomositik,
sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang tidak beda ukuran dan bentuknya
dari sel epidermis lainnya, dan daun pandan (Pandanus tectorius), Lombok (Capsicum anum) dengan tipe stomatanya
yitu diasitik, setiap stoma dikelilingi oleh 2 sel tetangga yang tegak lurus
terhadap sumbu panjang sel penutup dan celah.
V.
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpukan yaitu hasil preparat whole mount stomata daun yang kami lakukan yaitu stomata Begonia (Begonia sp.), daun kunyit (Curcuma
domestika) dengan tipe stomatanya anomositik, sel penutup dikelilingi
oleh sejumlah sel yang tidak beda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis
lainnya, daun lengkuas (Alphinia galangal), dan daun pandan (Pandanus tectorius), Lombok (Capsicum anum) dengan tipe stomatanya
yitu diasitik, setiap stoma dikelilingi oleh 2 sel tetangga yang tegak lurus
terhadap sumbu panjang sel penutup dan celah.
B.
Saran
Saran
yang dapat kami sampaikan yaitu diharapkan semua praktikan ikut serta dalam
proses praktikum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar