Kamis, 06 November 2014

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK PERCOBAAN VI PREPARAT MASERASI



LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK
PERCOBAAN VI
PREPARAT MASERASI

OLEH
NAMA                 :  SULHIJA
STAMBUK         :  F1D1 10 104
KELOMPOK      :  V (LIMA)
ASISTEN             :  SUGIRENG
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
I.       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Maserasi merupakan salah satu teknik pembuatan preparat yang digunakan untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Prinsip kerja dari teknik pembuatan ini adalah dengan cara memutuskan lamella tengah dari sel tumbuhan. Pemutusan lamella tengah bertujuan memisahkan bagian sel dengan sel lainnya sehingga sel bisa dilihat secara satuan utuh. Teknik ini sangat bermanfaat. Banyak penelitian melakukan teknik ini untuk mengekstraksi suatu zat atau bagian tertentu dari sel tumbuhan.
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyarian. Cairan penyarian akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat akan didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif mudah larut dalam cairan penyarian, tidak mengandung zat mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lain-lain. Keuntungan cara penyarian dengan Maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara Maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna.
Berdasarkan uraian diatas guna menambah wawasan dan pengetahuan mengenai preparat maserasi tumbuhan maka dilakukan praktikum ini.
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum preparat maserasi yaitu bagaimanakah cara menghancurkan lamella tengah yang menghubungkan antara satu sel dengan sel yang lainnya sehingga diperoleh gambaran bentuk utuh dari sel-sel tersebut ?
C.    Tujuan Praktikum
Tujuan pada praktikum preparat maserasi yaitu untuk mengetahui cara menghancurkan lamella tengah yang menghubungkan antara satu sel dengan sel yang lainnya sehingga diperoleh gambaran bentuk utuh dari sel-sel tersebut.
D.    Manfaat Praktikum
Manfaat pada praktikum preparat maserasi yaitu dapat mengetahui cara menghancurkan lamella tengah yang menghubungkan antara satu sel dengan sel yang lainnya sehingga diperoleh gambaran bentuk utuh dari sel-sel tersebut.




II.    TINJAUAN PUSTAKA
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi merupakan proses dimana simplisia yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam menstrum sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat mudah larut akan melarut. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyarian. Cairan penyarian akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat akan didesak keluar (Gembong, 2005).
Beberapa contoh ekstraksi dengan menggunakan teknik maserasi adalah mengekstrak artermisin yang terdapat pada tumbuhan Artemisia annua L. Ekstraksi secara maserasi dengan pelarut n-heksana, dengan alat soxhlet menggunakan pelarut n-heksana, dan maserasi-perkolasi dengan pelarut metanol. Ekstrak n-heksana difraksinasi dengan metanol 60%, fraksi metanol difraksinasi dengan n-heksana-etil asetat (9:1). Ekstrak metanol ditambahkan air suling, dan disentrifuga. Supernatan yang diperoleh difraksinasi dengan n-heksana. Pemekatan fraksi n-heksana atau n-heksana-etil asetat menghasilkan kristal yang direkristalisasi dengan metanol. Artemisinin 0,22 % b/b dari ekstrak n-heksana secara maserasi pengadukan, 0,29% b/b dari ekstrak n-heksana menggunakan soxhlet, dan 0,4% b/b dari ekstrak metanol secara maserasi (Kertasaputra, 1998).
Maserasi dilakukan dengan metode Schultze, yaitu ke dalam tabung reaksi yang berisi potongan kayu dimasukkan asam nitrat (HNO3) konsentrasi 65% hingga kayu terendam dan potasium klorat (KClO3). Tabung beserta isinya dipanaskan hingga terjadi gelembung- gelembung udara berwarna putih kekuningan, sebagai tanda proses maserasi sedang berlangsung dan serat mulai terpisah. Kemudian tabung segera didinginkan dan serat dicuci dengan aquades lalu serat dimasukkan ke dalam tabung yang berisi alkohol 50%. Selanjutnya serat diambil dan diletakkan di kaca objek dan diberi kaca penutup lalu diukur dimensi seratnya (Hidayat, 1995).
Maserasi merupakan salah satu teknik pembuatan preparat yang digunakan untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Prinsip kerja dari teknik pembuatan ini adalah dengan cara memutuskan lamella tengah dari sel tumbuhan. Pemutusan lamella tengah bertujuan memisahkan bagian sel dengan sel lainnya sehingga sel bisa dilihat secara satuan utuh. Teknik ini sangat bermanfaat. Banyak penelitian melakukan teknik ini untuk mengekstraksi suatu zat atau bagian tertentu dari sel tumbuhan (Fathiyawati, 2008).
Pembuluh kayu atau xilem (dari xylem, dari bahasa Yunani kuna ξυλον / Lat. xylon, yang berarti "kayu") merupakan salah satu dari dua kelompok utama jaringan pembuluh yang dimiliki oleh tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta). Pembuluh kayu berfungsi menyalurkan zat bahan fotosintesis dari akar ke daun. Pembuluh kayu merupakan saluran utama bagi transportasi air beserta semua substansi yang terlarut di dalamnya dari akar (dan juga bagian tubuh tumbuhan lain yang menyerap air) menuju bagian lain tumbuhan, terutama daun. Kayu dibentuk terutama dari kumpulan pembuluh kayu (Campbell, 2004).



















DAFTAR PUSTAKA
Campbell, 2004, Biologi Jilid 2 Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Fathiyawati. 2008. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Ficus racemosa terhadap Artemia salina Leach dan Profil Kromatografi Lapis Tipis. Universitas Muhammadiyah press. Surakarta.

Gembong, T. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta. UGM Press.
Hidayat, Estiti B., 1995. anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung. Institut Teknologi Bandung (ITB).

Kertasaputra, A. G. 1998. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, tentang sel dan jaringan. Jakarta. Bina Aksara.














III.  METODE PRAKTIKUM
A.      Waktu dan Tempat
Praktikum Preparat Maserasi dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 1 Desember 2012 pukul 15.30 – 17.30 WITA dan bertempat di Laboratorium Botani Fakultas MIPA Universitas Haluoleo, Kendari.
B.       Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ”Preparat Maserasi” dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan kegunaan pada praktikum “Preparat Maserasi”
No.
Nama Alat
Kegunaan
1
Beker gelas
Untuk memasak batang kayu yang sudah dipotong kecil – kecil
2
Hot plate
Untuk memanaskan beker gelas
3
Batang pengaduk,
Untuk mengaduk
4
Pinset
Untuk mengambil kayu yang direbus
5
Pipet tetes
Untuk mengambil larutan
6
Jarum preparat
Untuk memisahkan bagian – bagian preparat
7
Kaca objek
Tempat mengamati preparat
8
Kaca penutup
Untuk menutup organ pada kaca objek
9
Kertas label
Untuk memberi label pada preparat
10
Mikroskop
Untuk mengamati preparat
11
Kamera
Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan




Bahan yang digunakan dalam praktikum “Preparat Maserasi” dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum “Preparat Maserasi”
No.
Nama Bahan
Kegunaan
1
Batang kayu tanaman Jati putih (Gmelina arborea), Pinus (Pinus merkusii) dan  Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)            
Sebagai sampel preparat maserasi
2
Akuades
Untuk merebus batang kayu
3
KOH 10%
Untuk menghilangkan air pada jaringan kayu dan memisahkan serat satu dengan serat lainnya
4
Asam nitrat 10%
Untuk melunakkan jaringan kayu
5
Asam kromat 10%
Untuk melunakkan jaringan kayu
6
Safranin 1%
Untuk mewarnai preparat
7
Gliserin 30%
Untuk menempelkan preparat pada kaca objek
8
Tisue
Untuk membersihkan tempat sampel

C.      Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Preparat Maserasi adalah sebagai berikut:
1.      Memotong kayu menjadi bagian-bagian kecil dengan diameter seperti batang korek api
2.      Merebus potongan bahan dalam air sampai tenggelam.
3.      Memotong bahan menjadi potongan kecil ± 5 mm.
  1. Merebus potongan-potongan tersebut dalam KOH 10% mendidih selama ± 3 menit.
  2. Mencuci dalam air mengalir.
  3. Memasukkan dalam larutan campuran yang terdiri dari asam nitrat 10% dengan asam kromat 10% dengan perbandingan yang sama sampai bahan menjadi lunak.
  4. Mencuci preparat dalam air mengalir kalau sudah lunak.
  5. Mewarnai preparat dengan safranin 1% (aquosa) selama 3 jam.
  6. Mengambil sedikit bahan kemudian meletakkannya di atas kaca objek.
  7. Memisah - misahkan dengan menggunakan jarum preparat.
  8. Meneteskan larutan gliserin 30% diatas bahan  lalu menutupnya dengan kaca penutup.
  9. Mengamati di bawah mikroskop.










IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum Preparat Maserasi adalah sebagai berikut:
1.    Batang kayu jati putih (Gmelina arborea)







Keterangan :
1.      Trakea
2.      Trakeid
3.      Noktah
 

 






2.      Batang Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinenesis)
Keterangan :
1.      Trakeid
2.      Trakea
 
2
 
1
 

3.      Batang Kayu Pinus (Pinus merkusii)
Keterangan:
1.      Trakeid
 
1
 

B.     Pembahasan
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi merupakan proses dimana simplisia yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam menstrum sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat mudah larut akan melarut. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyarian. Cairan penyarian akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat akan didesak keluar.
Secara umum struktur anatomi batang dari lapisan luar ke dalam yaitu
jaringan epidermis (terdiri dari selapis sel, dinding sel menebal, dilindungi oleh kutikula), jaringan korteks (terdiri dari beberapa lapis sel, berongga-rongga, bervakuola besar, berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan),
stele (terdiri dari xylem dan floem). Pada angiospermae, letak jaringan pengangkut (xylem dan floem) pada tumbuhan dikotil lebih teratur daripada tumbuhan monokotil. Fungsi batang antara lain adalah sebagai organ perlintasan air dan makanan (xylem sebagai jaringan yang mengangkut air dan garam mineral, sedangkan floem sebagai jaringan yang mengangkut hasil fotosintesis), sebagai organ pembentuk dan penyangga tubuh tumbuhan, sebagai tempat penyimpan cadangan makanan, sebagai alat perkembangbiakan vegetatif.
Pergerakan air pada xilem bersifat pasif karena xilem tersusun dari sel-sel mati yang mengayu (mengalami lignifikasi), sehingga xilem tidak berperan dalam proses ini. Faktor penggerak utama adalah transpirasi. Faktor pembantu lainnya adalah tekanan akar akibat perbedaan potensial air di dalam jaringan akar dengan di ruang tanah sekitar perakaran. Gaya kapilaritas hanya membantu mendorong air mencapai ketinggian tertentu, tetapi tidak membantu pergerakan.
Sel-sel xilem memiliki beberapa tipe, yaitu trakea (tidak dimiliki oleh tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji terbuka), trakeida, dan serabut trakeida. Sel-sel xilem tidak memiliki protoplasma. Pada sistem pembuluh kayu ditemukan pula parenkima kayu, yang mengisi ruang-ruang kosong di antara pembuluh dan membantu melekatkan pembuluh-pembuluh tersebut.
Trakea dapat dikatakan pembuluh yang sebenarnya. Ia adalah sekumpulan sel-sel yang dinding sel lateralnya mengalami penebalan oleh lignin (zat kayu) sedangkan bagian ujung atas dan bawahnya mengalami perforasi (pelubangan) sehingga berhubungan dengan sel-sel sejenis di atas dan bawahnya membentuk pipa kapiler memanjang.
Trakeida berukuran lebih kecil daripada trakea, bentuknya juga memanjang dan juga mengalami penebalan pada dinding lateralnya. Ujung-ujungnya tidak berperforasi sehingga pergerakan air seakan-akan melalui katup-katup. Dinding selnya banyak memiliki noktah-noktah.
Serabut trakeida mirip dengan trakeida namun memiliki dinding sel yang lebih tebal sehingga lumennya (ruang dalam dinding sel) sempit; selnya lebih memanjang. Xylem membawa air dari dalam tanah ke seluruh ke organ tumbuhan dan di jadikan sebagai energi untuk berfotosintesis. Pustakers batang merupakan organ tumbuhan yang berfungsi menegakkan tubuh tumbuhan. Batang berfungsi pula menghubungkan bagian akar dan daun. Pada batang, terdapat tempat munculnya daun yang disebut buku (nodus). pada setiap buku, terspat daun yang berjumlah satu, dua atau lebih. Jarak antara buku yang satu dengan buku yang lain disebut internodus.
Batang tersusun atas jaringan epidermis, korteks batang dan silinder pusat (stele). Bagian batang sebelah luar dibatasi oleh selapis sel rapat yang memiliki bentuk yang khas, memiliki sel penjaga, idioblas dan berbagai tipe trikoma, pada tahun pertama, epidermis batang digantikan oleh lapisan gabus.
Korteks batang merupakan suatu daerah berbentuk silinder yang terbentuk di dalam epidermis dan silinder pusat. Korteks terdiri atas berbagai tipe sel yang merupakan jaringan parenkima berdinding tipis. Pada beberapa tumbuhan, parenkima batangnya berfungsi sebagai alat fotosintesis.
Anatomi batang tumbuhan dikotil terdiri atas kulit kayu, kayu dan empulur. Empulur sangat sulit ditemukan pada batang kayu yang sudah tua. Bagian terluar dari batang tumbuhan dikotil adalah kulit kayu yang terdiri atas jaringan epidermis, kambium gabus, korteks, dan floem. Felogen dapat ditemukan di bagian bawah epidermis.
Batang dikotil muda dan batang dikotil tua memiliki struktur yang sedikit berbeda. Kayu tersususn atas trakea. Trakea merupakan saluran-saluran  yangterbentuk oleh sel-sel yang telah mati dan bagian ujung-ujungnya saling menyambung. Saluran tersebut berfungsi menyalurkan air dan garam mineral dari akar ke daun. Pada kayu terdapat juga trakeid yang bentuk selnya memanjang, ujung-ujungnya runcing, dan ukurannya kecil daripada trakea. Trakeid berfungsi sebagai penyokong atau memperkuat batang.
Berdasarkan dari hasil pengamatan kami yang melalui proses yang panjang, maka ditemukan gambar serat-serat kayu jati dimana sangat jelas antara trakea dan trakeitnya, begitupun pengamatan pada batang kayu kembang sepatu dimana kenampakan yang terlihat dari mikroskop stereo sangat jelas terlihat trakea dan trakeitnya, dapat dikatakan pembuluh yang sebenarnya, sedang kayu pinus cumin trakeitnya saja yang terlihat karena termasuk kedalam tumbuhan angiospermae. Trakea adalah sekumpulan sel-sel yang dinding sel lateralnya mengalami penebalan oleh lignin (zat kayu) sedangkan bagian ujung atas dan bawahnya mengalami perforasi (pelubangan) sehingga berhubungan dengan sel-sel sejenis di atas dan bawahnya membentuk pipa kapiler memanjang dan trakeida yang ukurannya lebih kecil daripada trakea, bentuknya juga memanjang dan juga mengalami penebalan pada dinding lateralnya. Ujung-ujungnya tidak berperforasi sehingga pergerakan air seakan-akan melalui katup-katup. Dinding selnya banyak memiliki noktah-noktah.







V.    PENUTUP
A.    Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa gambar serat-serat kayu jati dimana sangat jelas antara trakea dan trakeitnya, begitupun pengamatan pada batang kayu kembang sepatu dan kayu pinus dimana kenampakan yang terlihat dari mikroskop stereo sangat jelas terlihat trakeanya, dapat dikatakan pembuluh yang sebenarnya. Ia adalah sekumpulan sel-sel yang dinding sel lateralnya mengalami penebalan oleh lignin (zat kayu) sedangkan bagian ujung atas dan bawahnya mengalami perforasi (pelubangan) sehingga berhubungan dengan sel-sel sejenis di atas dan bawahnya membentuk pipa kapiler memanjang dan trakeida yang ukurannya lebih kecil daripada trakea, bentuknya juga memanjang dan juga mengalami penebalan pada dinding lateralnya. Ujung-ujungnya tidak berperforasi sehingga pergerakan air seakan-akan melalui katup-katup. Dinding selnya banyak memiliki noktah-noktah.
B.     Saran
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu diharapkan praktikan tidak rebut pada saat praktikum berlangsung.