Konsep Dasar Pengetahuan
v
Konsep Plato
Plato memberikan istilah dengan
dialektika yang berarti seni berdiskusi.
v
Konsep Al-Kindi
Sebagai ahli pikir pertama dalam
filsafat islam yang memberikan pengertian filsafat dikalangan umat islam
membagi filsafat dalam 3 macam, yaitu:
a.
Ilmu Fisika
b.
Ilmu Matematika
c.
Ilmu Ke Tuhanan
v
Konsep Al-Farabi
Menurut Al-Farabi adalah ilmu yang
menyelidiki hakekat yang sebenarnya dari segala yang ada.
v
Konsep Aristoteles
Berpendapat bahwa kewajiban filsafat
adalah menyelidiki sebab-sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat
bersifat ilmu yang sangat umum sekali.
v
Konsep Ibnu Sina
Membagi filsafat menjadi 2 bagian
yaitu teori dan praktek yang kedua-duanya berhubungan dengan agama dimana dasarnya
terdapat dalam syariat Tuhan yang penjelasan dan kelengkapannya diperoleh
dengan tenaga dan akal manusia.
A.
Bahasan Pengetahuan
dan Ilmu Pengetahuan
·
Bahasan Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa
Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy
dijelaskan bahwa difinisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge
is justified true belief). Sedangkan secara terminologi definisi
pengetahuan ada beberapa definisi.
- Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
- Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam hal ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.
- Pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya ilmu, seni dan agama. Pengetahuan ini merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung dan tak langsung memperkaya kehidupan kita.
Pada dasarnya pengetahuan
merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia
untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang
baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh
manusia berbentuk ideal, atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan.
Pengetahuan adalah keseluruhan
pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat
juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, tanpa
memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan
tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini
landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan
tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji
lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error
dan berdasarkan pengalaman belaka.
·
Ilmu Pengetahuan
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha
sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi
ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Ilmu
bukan sekadar pengetahuan (knowledge),
tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji
dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari
sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh
mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Ilmu Alam hanya bisa menjadi
pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (material saja),
atau ilmu psikologi
hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke
dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan dengan contoh
ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari dan bumi,
atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.
B.
Sumber Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
·
Sumber Pengetahuan
1.
Indera
Indera digunakan
untuk berhubungan dengan dunia fisik atau lingkungan di sekitar kita. Indera
ada bermacam-macam; yang paling pokok ada lima (panca indera), yakni indera
penglihatan (mata) yang memungkinkan kita mengetahui warna, bentuk, dan ukuran
suatu benda; indera pendengaran (telinga) yang membuat kita membedakan macam-macam
suara; indera penciuman (hidung) untuk membedakan bermacam bau-bauan; indera
perasa (lidah) yang membuat kita bisa membedakan makanan enak dan tidak enak;
dan indera peraba (kulit) yang memungkinkan kita mengetahui suhu lingkungan dan
kontur suatu benda.
Pengetahuan lewat
indera disebut juga pengalaman, sifatnya empiris dan terukur. Kecenderungan
yang berlebih kepada alat indera sebagai sumber pengetahuan yang utama, atau
bahkan satu-satunya sumber pengetahuan, menghasilkan aliran yang disebut empirisisme,
dengan pelopornya John Locke (1632-1714) dan David Hume dari Inggris. Mengenai
kesahihan pengetahuan jenis ini, seorang empirisis sejati akan mengatakan
indera adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya, dan
pengetahuan inderawi adalah satu-satunya pengetahuan yang benar.
Tetapi mengandalkan
pengetahuan semata-mata kepada indera jelas tidak mencukupi. Dalam banyak
kasus, penangkapan indera seringkali tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
Misalnya pensil yang dimasukkan ke dalam air terlihat bengkok, padahal
sebelumnya lurus. Benda yang jauh terlihat lebih kecil, padahal ukuran
sebenarnya lebih besar. Bunyi yang terlalu lemah atau terlalu keras tidak bisa
kita dengar. Belum lagi kalau alat indera kita bermasalah, sedang sakit atau sudah
rusak, maka kian sulitlah kita mengandalkan indera untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar.
2.
Akal
Akal atau rasio
merupakan fungsi dari organ yang secara fisik bertempat di dalam kepala, yakni
otak. Akal mampu menambal kekurangan yang ada pada indera. Akallah yang bisa
memastikan bahwa pensil dalam air itu tetap lurus, dan bentuk bulan tetap bulat
walaupun tampaknya sabit. Keunggulan akal yang paling utama adalah kemampuannya
menangkap esensi atau hakikat dari sesuatu, tanpa terikat pada fakta-fakta khusus.
Akal bisa mengetahui hakekat umum dari kucing, tanpa harus mengaitkannya dengan
kucing tertentu yang ada di rumah tetangganya, kucing hitam, kucing garong,
atau kucing-kucingan.
Akal mengetahui
sesuatu tidak secara langsung, melainkan lewat kategori-kategori atau ide yang
inheren dalam akal dan diyakini bersifat bawaan. Ketika kita memikirkan
sesuatu, penangkapan akal atas sesuatu itu selalu sudah dibingkai oleh
kategori. Kategori-kategori itu antara lain substansi, kuantitas, kualitas,
relasi, waktu, tempat, dan keadaan.
Pengetahuan yang
diperoleh dengan akal bersifat rasional, logis, atau masuk akal. Pengutamaan
akal di atas sumber-sumber pengetahuan lainnya, atau keyakinan bahwa akal
adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang benar, disebut aliran rasionalisme,
dengan pelopornya Rene Descartes (1596-1650) dari Prancis. Seorang rasionalis
umumnya mencela pengetahuan yang diperoleh lewat indera sebagai semu, palsu,
dan menipu.
3.
Hati atau Intuisi
Organ fisik yang
berkaitan dengan fungsi hati atau intuisi tidak diketahui dengan pasti; ada
yang menyebut jantung, ada juga yang menyebut otak bagian kanan. Pada
praktiknya, intuisi muncul berupa pengetahuan yang tiba-tiba saja hadir dalam
kesadaran, tanpa melalui proses penalaran yang jelas, non-analitis, dan tidak
selalu logis. Intuisi bisa muncul kapan saja tanpa kita rencanakan, baik saat
santai maupun tegang, ketika diam maupun bergerak. Kadang ia datang saat kita
tengah jalan-jalan di trotoar, saat kita sedang mandi, bangun tidur, saat main
catur, atau saat kita menikmati pemandangan alam.
Intuisi disebut
juga ilham atau inspirasi. Meskipun pengetahuan intuisi hadir begitu saja
secara tiba-tiba, namun tampaknya ia tidak jatuh ke sembarang orang, melainkan
hanya kepada orang yang sebelumnya sudah berpikir keras mengenai suatu masalah.
Ketika seseorang sudah memaksimalkan daya pikirnya dan mengalami kemacetan,
lalu ia mengistirahatkan pikirannya dengan tidur atau bersantai, pada saat
itulah intuisi berkemungkinan muncul. Oleh karena itu intuisi sering disebut supra-rasional
atau suatu kemampuan yang berada di atas rasio, dan hanya berfungsi jika rasio
sudah digunakan secara maksimal namun menemui jalan buntu.
Hati
bekerja pada wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh akal, yakni pengalaman
emosional dan spiritual. Kelemahan akal ialah terpagari oleh kategori-kategori
sehingga hal ini, menurut Immanuel Kant (1724-1804), membuat akal tidak pernah
bisa sampai pada pengetahuan langsung tentang sesuatu sebagaimana adanya (das
ding an sich) atau noumena. Akal hanya bisa menangkap yang tampak
dari benda itu (fenoumena), sementara hati bisa mengalami sesuatu secara
langsung tanpa terhalang oleh apapun, tanpa ada jarak antara subjek dan objek.
Kecenderungan
akal untuk selalu melakukan generalisasi (meng-umumkan) dan spatialisasi
(meruang-ruangkan) membuatnya tidak akan mengerti keunikan-keunikan dari
kejadian sehari-hari. Hati dapat memahami pengalaman-pengalaman khusus,
misalnya pengalaman eksistensial, yakni pengalaman riil manusia seperti yang
dirasakan langsung, bukan lewat konsepsi akal. Akal tidak bisa mengetahui rasa
cinta, hatilah yang merasakannya. Bagi akal, satu jam di rutan salemba dan satu
jam di pantai carita adalah sama, tapi bagi orang yang mengalaminya bisa sangat
berbeda. Hati juga bisa merasakan pengalaman religius, berhubungan dengan Tuhan
atau makhluk-makhluk gaib lainnya, dan juga pengalaman menyatu dengan alam.
Pengutamaan
hati sebagai sumber pengetahuan yang paling bisa dipercaya dibanding sumber
lainnya disebut intuisionisme. Mayoritas filosof Muslim memercayai
kelebihan hati atas akal. Puncaknya adalah Suhrawardi al-Maqtul (1153-1192)
yang mengembangkan mazhab isyraqi (iluminasionisme), dan
diteruskan oleh Mulla Shadra (w.1631). Di Barat, intuisionisme dikembangkan
oleh Henry Bergson.
Selain
itu, ada sumber pengetahuan lain yang disebut wahyu. Wahyu adalah pemberitahuan
langsung dari Tuhan kepada manusia dan mewujudkan dirinya dalam kitab suci
agama. Namun sebagian pemikir Muslim ada yang menyamakan wahyu dengan intuisi,
dalam pengertian wahyu sebagai jenis intuisi pada tingkat yang paling tinggi,
dan hanya nabi yang bisa memerolehnya.
Dalam
tradisi filsafat Barat, pertentangan keras terjadi antara aliran empirisisme
dan rasionalisme. Hingga awal abad ke-20, empirisisme masih memegang kendali
dengan kuatnya kecenderungan positivisme di kalangan ilmuwan Barat. Sedangkan
dalam tradisi filsafat Islam, pertentangan kuat terjadi antara aliran
rasionalisme dan intuisionisme (iluminasionisme, ‘irfani), dengan kemenangan
pada aliran yang kedua. Dalam kisah perjalanan Nabi Khidir a.s. dan Musa a.s.,
penerimaan Musa atas tindakan-tindakan Khidir yang mulanya ia pertanyakan
dianggap sebagai kemenangan intuisionisme. Penilaian positif umumnya para
filosof Muslim atas intuisi ini kemungkinan besar dimaksudkan untuk memberikan
status ontologis yang kuat pada wahyu, sebagai sumber pengetahuan yang lebih
sahih daripada rasio.
·
Definisi Ilmu
Pengetahuan
Membicarakan masalah ilmu
pengetahuan beserta definisinya ternyata tidak semudah dengan yang
diperkirakan. Adanya berbagai definisi tentang ilmu pengetahuan ternyata belum
dapat menolong untuk memahami hakikat ilmu pengetahuan itu. Sekarang orang
lebih berkepentingan dengan mengadakan penggolongan (klasifikasi) sehingga
garis demarkasi antara (cabang) ilmu yang satu dengan yang lainnya menjadi
lebih diperhatikan.
Pengertian ilmu
yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode
tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu (Admojo,
1998). Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any organized knowledge.
Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-19, tetapi
setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik atau inderawi,
sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik, seperti metafisika.
Adapun beberapa
definisi ilmu menurut para ahli diantaranya adalah :
- Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
- Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
- Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
- Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika …. maka “.
- Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
Berdasarkan definisi di atas
terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu dengan pengetahuan. Pengetahuan
adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik
maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common
sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar
pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam
hal ini landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar.
Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang
tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial
and error dan berdasarkan pengalaman belaka.
Pembuktian kebenaran pengetahuan
berdasarkan penalaran akal atau rasional atau menggunakan logika deduktif.
Premis dan proposisi sebelumnya menjadi acuan berpikir rasionalisme. Kelemahan
logika deduktif ini sering pengetahuan yang diperoleh tidak sesuai dengan
fakta.
Secara lebih jelas ilmu seperti
sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah diraut dan dipotong ujung dan
pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu lidi. Sedangkan pengetahuan
adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon kelapa, di pasar, dan tempat
lainnya yang belum tersusun dengan baik.
C.
Kebenanaran dan Proses Mencari Kebenaran
·
Kebenaran
kata kebenaran dapat digunakans ebagai suatu kata benda yang konkret maupun
absatrak. Jika subjek hendak menuturkan kebenaran artinya adalah proporsinya
benar. Proporsi maksudnya adalah makna yang terkandung dalam suatu pernyataan
atau statemen dan jika subjek menyatakan kebenaran bahwa proporsi yang diuji
pasati memiliki kualitas, sifat atau karakteristik hubungan dan nilai. Hal yang
demikian itu karena kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dari kualitas,
sifat, hubungan dan nilai itu sendiri. Kriteria kebenaran berkaitan dengan:
1.
Kualitas
pengetahuan
Artinya bahwa setiap pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang yang mengetahui objek dilihat dari jenis pengetahuan
yang dibangun. Maksudnya apakah pengetahuan itu berupa pengetahuan biasa,
pengetahuan ilmiah, pengetahuan filsafati, atau pengetahuan agama.
2.
Sifat atau karakteristik
dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuan
itu. Apakah ia membangunnya dengan pemikiran (thinking), penginderaan (sense
experience), perasaan (feeling) dan keyakinan atau kepercayaan (believing).
Jenis pengetahuan menurut kriteria karakteristiknya dibedakan dalam jenis
pengetahuan (a) pengetahuan indrawi, (b) pengetahuan akal budi, (c) pengetahuan
intuitif, (d) pengetahuan kepercayaan (otoritif) sehingga implikasi nilai
kebenarannya juga sesuai dengan jenis pengetahuan itu.
3.
Nilai kebenaran pengetahuan yang dikaitkan atas
ketergantungan terjadinya pengetahuan. Artinya bagaimana relasi atau hubungan
antara subjek dan objek, manakah yang dominan untuk membangun pengetahuan itu,
subjekkah atau objek. Jika subjek yang berperan maka jenis pengetahuan itu
mengandung nilai kebenaran yang sifatnya subjektif, artinya nilai kebenaran
dari pengetahuan yang dikandungnya amat tergantung pada subjek yang memiliki
pengetahuan itu. Atau jika objek amat berperan, maka sifatnya objektif, seperti
pengetahuan tentang alam atau ilmu-ilmu alam.
Ø
Teori-teori kebenaran:
Teori-teori kebenaran selalu parallel
dengan teori-teori pengetahuan yang dibangunnya. Teori-teori kebenaran telah
terlembaga itu antara lain:
1.
Teori kebenaran koherensi
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu bersifat
koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelum dianggap benar.
2.
Teori kebenaran
korespondensi
Bagi penganut teori korespondensi maka suatu pernyataan
adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu
berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh penyataan
tersebut.
3.
Teori kebenaran pragmatis
Penganut teori kebenaran pragmatis meletakkan ukuran
kebenaran dalam salah satu macam konsekuensi atau proposisi itu dapat membantu
untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian yang memuaskan terhadap
pengalaman-pengalaman, pernyataan adalah benar.
4.
Teori kebenaran sintaksis
Dalam teori kebenaran sintaksis suatu pernyataan memiliki
nilai benar bila pernyataan itu mengikuti aturan-aturan sintaksis yang berlaku.
5.
Teori kebenaran semantis
Teori kebenaran semantis menyatakan proposisi itu
mempunyai nilai kebenaran bila proposisi itu memiliki arti. Arti ini dengan
menunjukkan makna sesungguhnya dengan menunjukkan pada referensi atau
kenyataan.
6.
Teori kebenaran non
deskripsi
Pengetahuan akan memiliki nilai benar sejauh pernyataan
itu memiliki fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pernyataan
itu juga merupakan kesepakatan bersama untuk menggunakan secara praktis dalam
kehidupan sehari-hari
7.
Teori kebenaran logik yang
berlebihan
Pada dasarnya menurut teori kebenaran ini adalah bahwa
problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan hal ini akibatnya
suatu pemborosan. Karena pada dasarnya apa pernyataan yang hendak dibuktikan
kebenarannya memiliki derajat logik yang sama yang masing-masing salain
melingkupinya.
Segala sesuatu harus diragukan namun
segala yang ada dalam hidup ini dimulai dengan meragukan sesuatu. Misalnya
meragukan bahwa bintang-bintang itu api, meragukan baha bintang-bintan itu
bergerak. Karena adanya keraguan yang demikian itu maka kita harus mencari
kebenaran dari apa yang kita ragukan.
·
Proses
Mencari Kebenaran
Kebenaran dapat dicari dengan
menggunakan seluruh panca indera manusia tentang apa yang dia pikirkan mengenai
hal itu. Itupun harus diselaraskan dengan apa yang dirasakan oleh hatinya dan
sampai dia akhirnya dapat menemukan bahwa akhir dari semua kebenaran itu adalah
selalu kembali kepada Tuhan.
Kebenaran mutlak sebenarnya adalah
kebenaran mutlak dalam suatu pendapat. Pada dasarnya kebenaran mutlak tidak
terdapat pada manusia tetapi pada yang memiliki seluruh hidup manusia. Ada yang
mengatakan bawha “Saya inilah satu-satunya kebenaran”. Mengapa demikian, adalah
karena dia menginginkan semua pendapat itu harus dipatuhi tanpa boleh disangkal
lagi. Namun, mengapa kita ini mengatakan masih mencari kebenaran?Ini karena
dalam hati kita ingin membuktikan benarkah ucapan-ucapan yang demikian patut
dibenarkan atau dinobatkan sebagai kebenaran mutlak. Keinginan kita untuk
membuktikan hal-hal di atas inilah yang dapat dikatakan sebagai mencari
kebenaran. Kegunaannya adalah jika kita telah mempunyai tujuan hidup. Sehingga
dalam menjalani kehidupan ini kita menjadi punya tujuan dan arah yang pasti.
Bgaimana memulainya dalam mencari
kebenaran adalah kita tentukan dulu hal manakah yang akan kita cari
kebenarannya. Dalam tahap ini kita menghadapi pernyataan “ what” dan
“when” (apa dan kapan). Kemudian jalan pembuktiannya kita lakukan. Dalam
pembuktian ini kita masuk tahap “why” dan “how” (mengapa dan bagaimana). Dan
perlu dicatat pula bahwa kebenaran yang kita temukan sering bersifat subjektif.
Apa yang kita nilai benar, belum tentu dinilai benar oleh orang lain. Demikian
pula kebenaran yang akan kita buktikan belum tentu sama dengan kebenaran yang
dicari orang lain.
Karena pencarian kebenaran sampai pada tahap “why” dan “how”
maka merupakan bagian dari filsafat. Oleh karena itu, dalam mencari kebenaran
harus memakai alur pemikiran filsafati seperti rasio kita (alur thinking),
kemudian menggunakan seluruh panca indera yang kita miliki (alur sensing),
menggunakan perasaan (alur feeling) sampai batas mereka menemukan satu
kebenaran dan pembenaran yang hakiki (alur believing). Dan kesimpulannya memang
kebenaran itu sifatnya reltif atau tergantung masing-masing individu, karena
masing-masing individu memiliki cara atau proses dalam mencari kebenaran yang
berbeda.
D. Penalaran dan
Logika
·
Penalaran
Kemampuan
menalarlah yang membedakan manusia dari binatang. Kemampuan menalar ini lah
kekuatan manusia yang menyebabkan mansuia mampu mengembangkan pengetahuan.
Binatang juga mempunyai pengetahuan tetapi hanya terbatas untuk bertahan hidup
(survival). Manusia mampu mengembangkan kemampuannya karena dua hal, yaitu yang
pertama manusia mempunyai bahasa untuk berkomunikasi dan mampu menyampaikan
informasi atau pendapat. Hal yangke 2 manusia mempunyai kemampuan berpikir
menurut kerangka berpikir tertentu.
Penalaran
pada hakikatnya adalah proses berpikir dalam rangka menarik kesimpulan atau
menemukan kebenaran.
Ciri-ciri
penalaran sebagai kegiatan berpikir
- logis , kegiatan berpikir dengan pola tertentu
- analitik,
perasaan meruapakan kegiatan
peanarikan kesimpulan yang tidak didasarkan penalaran. Instuisi adalah kegiatan
berpikir non analatik yang tidak berdasarkan pola tertentu.
Untuk melakukan kegiatan
penalaran analisis , maka kegiatan tersebut awalnya harus diisi dulu oleh
sebuah materi pengetahuan yang benar. Pengetahuan yagn digunakan dalam
penalaran biasanya berdasarkan rasio ataupun fakta.
Rasionalisme adalah aliran yang
berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran. Rasionalisme memakai cara
penalaran deduktif.
Empirisme adalah paham yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia adalah sumber kebenaran. Cara penalaran yang digunakan oleh paham empirisme adalah penalaran induktif. Penalaran ilmiah diapaki untuk meningkatkan mutu ilmu dan teknologi. Penalaran ilmiah menggunakan gabungan dari penalaran induktif dan deduktif.
Empirisme adalah paham yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia adalah sumber kebenaran. Cara penalaran yang digunakan oleh paham empirisme adalah penalaran induktif. Penalaran ilmiah diapaki untuk meningkatkan mutu ilmu dan teknologi. Penalaran ilmiah menggunakan gabungan dari penalaran induktif dan deduktif.
·
Logika
Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah
salah satu cabang filsafat.
Penalaran merupakan proses
berpikir untuk mendapatkan pengetahuan. Supaya pengetahuan yang didapat benar
maka penarikan kesimpulan harus dilakukan dengan benar atau mengikuti pola
tertentu. Cara penarikan kesimpulan disebut logika. Ada dua cara penarikan
kesimpulan yaitu logika induktif dan logika deduktif.
Induksi merupakan cara berpikir
dengan melakukan penarikan kesimpulan yang bersifat umum/general berdasarkan
kasus-kasus individu/spesifik. Kentungan kesimpulan yang bersifat umum ini yang
pertama adalah ekonomis. Dan yang ke 2 bahwa kesimpulan umum ini memungkinkan
proses penalaran berikutnya baik induktif maupun deduktif. Dengan demikian
memungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan secara sistematis
Deduksi merupakan cara berpikir
untuk melakukan penarikan kesimpulan dari peryataan umum menjadi pernyataan
khusus. Penalaran deduktif menggunakan pola berpikir silogisme. Dari premis
mayor dan premis minor kemudian ditarik suatu kesimpulan.
Logika sebagai ilmu pengetahuan
Logika merupakan sebuah ilmu
pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya
penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran
yang ditinjau dari segi ketepatann
Logika sebagai cabang filsafat
Logika adalah sebuah cabang
filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Logika lahir bersama-sama dengan
lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta
pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah
pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.
Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika
dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. logika tidak bisa dihindarkan dalam proses hidup mencari
kebenaran
Dasar-dasar Logika
Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya,
bukan oleh isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis
argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang
diberikan (premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika
simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal.
Contoh
Semua mahluk memiliki mata - premis mayor, Si A adalah makhluk - premis minor. Jadi Si A memiliki mata – kesimpulan.
Semua mahluk memiliki mata - premis mayor, Si A adalah makhluk - premis minor. Jadi Si A memiliki mata – kesimpulan.
Ketepatan penarikan kesimpulan
bergantung pada kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan cara/keabsahan
penarikan kesimpulan.
Baik logika deduktif maupun
induktif menggunakan pengetahuan sebagai premis-premisnya berupa pengatahuan
yang dianggapnya benar. Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif untuk
menyusun pengetahuannya. Premis yang digunakannya berasal dari ide yang menurut
anggapannya jelas dan dapat diterima.
Dari sini kemudia muncul paham idealisme. Yaitu paham yang mengakui bahwa sudah ada prinsip yang ada jauh sebelum manusia memikirkannya. Prinsip yang sudah ada ini dapat diketahui manusia memlalui kemampuan berpikir rasionalnya.
Para pemikir rasional ini cenderung subjekti, jika tidak ada konsensus yang disepakati. Karena ide/prinsip bagi si A belum tentu sama dengan si B.
Dari sini kemudia muncul paham idealisme. Yaitu paham yang mengakui bahwa sudah ada prinsip yang ada jauh sebelum manusia memikirkannya. Prinsip yang sudah ada ini dapat diketahui manusia memlalui kemampuan berpikir rasionalnya.
Para pemikir rasional ini cenderung subjekti, jika tidak ada konsensus yang disepakati. Karena ide/prinsip bagi si A belum tentu sama dengan si B.
Berlawanan dengan kaum rasionalis,
kaum empiris mendapatkan pengetahuan melaui pengalaman yang bersifat konkret
yang diperoleh lewat tangkapan pancaindera manusia. Gejala-gejal yang diamati
kemudian ditelaah lebih lanjut dan mendapatkan pola tertentu setelah mendapat
karakteristik persamaan dan pengulanngan .dari pengamatan. Kaum empiris
menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata karena merupakan gejala yang
tertangkap panca indera.
Tugaas Rangkuman Filsafat ilmu
KONSEP DASAR PENGETAHUAN
OLEH :
KELOMPOK II :
1.
SULHIJA (FIDI
10 104)
2.
YUSMIANA (FIDI
10 112)
3.
SITI NURHIDAYAH (FIDI 10 072)
4.
HASTUTI (FIDI
10
5.
WD. NURDIANA (FIDI
10
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar