LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROTEKNIK
PERCOBAAN II
PREPARAT UTUH (WHOLE
MOUNT)
EMBRIO AYAM
OLEH
NAMA
: SULHIJA
STAMBUK
: F1D1 10 104
KELOMPOK :
V (LIMA)
ASISTEN
: SUGIRENG
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Prinsipnya semua
jenis telur mempunyai struktur yang sama. Telur terdiri dari enam bagian yaitu
kerabang telur atau kulit luar (shell),
selaput kerabang, putih telur (albumin),
kuning telur (yolk), tali kuning
telur (chalaza) dan sel benih (germ plasm). Masing-masing bagian
memiliki fungsi khas.
Pembuatan sediaan utuh (whole mounts) embrio ayam
membutuhkan tahapan-tahapan diantaranya fiksasi, rehidrasi, pewarnaan, dehidratasi,
penjernihan, dan mounting. Dalam pembuatan preparat biologi diperlukan
pengetahuan dasar lainnya yang berkaitan dan menunjang, serta dibutuhkan pula
suatu ketrampilan dalam menangani bahan dan alat yang digunakan. Dengan
penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang cukup akan memberikan
hasil yang baik. Pembuatan sediaan tersebut merupakan suatu pekerjaan yang
bertahap dan berhubungan satu dengan yang lain sehingga kesalahan atau
ketidaktelitian pada salah satu tahapan dapat mengakibatkan hasil akhir yang
kurang baik pula. Hasil sediaan whole mounts embrio ayam dapat digunakan
dalam mempelajari embriologi serta dapat digunakan dalam penelitian adanya
kelainan dalam pertumbuhan embrio.
Pembuatan preparat utuh (whole mounts) embrio ayam
dilakukan untuk mempelajari keadaan morfologi atau struktur hewan, kepentingan
taksonomi ataupun mendeteksi adanya kelainan yang terjadi pada masa
perkembangan hewan.
Berdasarkan pembahasan tersebut mengenai preparat utuh (whole mount) embrio ayam, maka dilakukan
percobaan ini.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah pada praktikum preparat whole
mount embrio ayam yaitu bagaimana cara membuat preparat utuh dari embrio ayam ?
C. Tujuan Praktikum
Tujuan pada praktikum preparat
whole mount embrio ayam yaitu untur
mengetahui cara membuat preparat utuh dari embrio ayam.
D. Manfaat Praktikum
Manfaat yang dapat
diperoleh pada praktikum preparat whole
mount embrio ayam yaitu dapat mengetahui cara membuat preparat utuh dari
embrio ayam.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Proses yang terjadi dalam organogenesis
meliputi transformasi dan diferensiasi embrio bentuk primitif berupa
Ekstensi dan pertumbuhan bumbung-bumbung yang terbentuk pada tubulasi,
evaginasi dan invaginasi daerah tertentu setiap bumbungnya, pertumbuhan
yang tidak merata pada berbagai daerah bumbung, perpindahan sel-sel dari satu
bumbung ke bumbung lain atau ke rongga antara bumbung-bumbung, pertumbuhan alat
yang terdiri dari berbagai macam jaringan, yang berasal dari berbagai macam
jaringan yang berasal dari berbagai bumbung, pengorganisasian
alat-alat menjadi sistem: sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem
urogenitalia, dan seterusnya, dan penyelesaian bentuk luar (morfologi) embrio
secara terperinci, halus dan individual (Yatim, 1994).
Metode mikroteknik untuk mengamati proses perkembangan organ
tertentu dapat digunakan pewarnaan khusus, misalnya pewarnaan alizarin untuk
mendeteksi pengendapan mineral kalsium pada proses pembentukan tulang keras.
Mineralisasi matriks sel sangat mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan jaringan tulang. Garam kalsium yaitu, Ca karbonat pada cangkang
telur ayam sangat berpengaruh dalam proses pengerasan tulang. Alizarin red
merupakan suatu metode untuk mengetahui pembentukan tulang pada embrio atau
untuk mendeteksi proses kalsifikasi pada tulang embrio (Campbell, 2004).
Embriologi mencakup
yaitu progenase, embriogenase, dan organogenase. Cakupan diatas
mengingatkan pengertian embriologi dalam artian yang sempit yang hanya
mempelajari perkembangan embrio pralahir dalam rahim induk. Namun emberio ini
dalan arti yang dikatakan luas meliputi perkembangan embrio pralahir dan
perkembangan pasca lahir atau partus, karena perkembangan mahluk adalah
berkelanjutan. Progenase adalah periodenya dari perkembangan embrio atau sel
kelamin dahulu sampai kedua sel kelamin tersebut menyatu padu dan menjadi zigot
proses progenase ini disebut dengan progenesis. Blastogenase meliputi perkembangan zigot menjadi orulasi, blatulasi
dan grastulasi serta prosesnya masing-masing ini disebut seperti diatas.
Perkembangan ombrio dalam atri lebih luas berupa bagaimana ovum dan sperma
diproduksi (Djuhanda,
1981).
Masing-masing dari empat membran utama
(amnion, korion, alantois, dan
kantung kuning telur) yang menyokonh embrio merupakan lembaran sel-sel yang
berkembang dari lembaran epitelium yang berada di sisi luar proper embrio.
Kantung kuning telur meluas di atas permukaan massa kuning telur. Sel-sel
kantung kuning telur akan mencerna kuning telur, dan pembuluh darah yang
berkembang di dalam mebran itu akan membawa nutrien ke dalam embrio. Lipatan
lateral jaringan ektraembrionik menjulur di atas bagian atas embrio itu dan
menyatu untuk membentuk dua membran tambahan , yaitu amnion dan korion, yang
dipisahkan oleh perluasan ekstraembrionik selom. Amnion membungkus embrio dalam
kantung yang penuh cairan, yang melindungi embrio dari kekeringan, dan
bersama-sama dengan korion menyediakan bantalan bagi embrio agar terlidung dari
setiap guncangan mekanis. Membran keempat yaitu alantois, berasal dari
pelipatan keluar perut belakang embrio. Alantois adalah kantung yang memanjang
ke dalam selom ekstraembrionik. Alantois berfungsi sebagai kantung pembuangan
untuk asam urat, yaitu limbah bernitrogen yang tidak larut dari embrio.
Sementara alantois terus mengembang, alantois menekan korion ke membran
vitelin, yaitu lapisan dalam cangkang sel telur. Bersama-sama, alantois dan
korion membentuk organ respirasi yang melayani embrio. Pembuluh darah yang
terbentuk dalam epitelium alantois mengangkut oksigen ke embrio ayam itu.
Membran ekstraembrionik burung dan reptilia merupakan adaptasi yang berkaitan
dengan permasalahan khusus perkembangan di darat (Champbell, 2004).
Selama hari kedua dan ketiga inkubasi pada telur ayam,
jaringan membentuk pembuluh darah berkembang di bagian dalam dari area opaka
membentuk area vasculosa, sedang area di sebelah luar membentuk area vitellina.
Perkembangan pembuluh darah pada area vasculosa dihubungkan dengan diferensiasi
pada sel darah pertama. Perkembangan pembuluh darah pada area vasculosa ini terjadi pada jalur
berikutnya. Pertama dari seluruh kelompok sel mesoderma terjadi pada area opaka
yang berada di sisi dan ujung posterior dari area pelusida. Kelompok sel-sel
ini dinamakan pulau-pulau darah (Balinsky, 1970).
DAFTAR PUSTAKA
Balinsky, B.I. 1970, An Introduction to Embryology. W.B.
Saunder Company, London.
Campbell, 2004. Biology, 5th ed., Benjamin Cummings, San Francisco
Djuhanda, T. 1981, Embriologi Perbandingan. Armico,
Bandung.
Kimball, J.W, 1983, Biologi Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Yatim, Wildan, 1994, Reproduksi dan Embriologi,
Tarsito, Bandung
III. METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu dan
Tempat
Praktikum
Whole mount dilaksanakan pada hari
Kamis, 8 November 2012 pada pukul 15.30 – 18.00 WITA. Bertempat di Laboratorium
Taksonomi dan Ekologi Fakultas MIPA, Universitas Haluoleo, Kendari.
B.
Alat dan
Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum Whole mount
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel
1. Alat dan kegunaannya pada praktikum Whole
mount
No
|
Nama Alat
|
Kegunaan
|
1
|
Kaca objek
|
Sebagai media whole mount embrio ayam
|
2
|
Gunting biasa
|
Untuk
menggunting bagian tumpul dari cangkang telur
|
3
|
Gunting kecil bengkok
|
Untuk
menggunting cangkang telur dari bagian ekstra embrional
|
4
|
Pinset kecil ujung runcing lurus
|
Untuk menusuk
cangkang telur
|
5
|
Pinset kecil ujung runcing
bengkok
|
Untuk
memisahkan embrio dari bagian ekstra embrionalnya
|
6
|
Pipet tetes
|
Untuk
mengambil larutan yang akan digunakan
|
7
|
Gelas arloji besar
|
Untuk menutup
wadah dari embrio yang sedang direndam di dalam larutan
|
8
|
Gelas arloji kecil
|
Sebagai wadah
untuk merendam embrio
|
9
|
Ember
|
Wadah untuk
merendam telur untuk memastikan telur yang baik dan tidak.
|
10
|
Mikroskop
|
Untuk mengamati sediaan whole mount embrio ayam
|
11
|
Kamera digital
|
Untuk memotret hasil pengamatan
|
12
|
Stopwatch
|
Untuk menghitung lamanya
perendaman.
|
13
|
Kaca penutup
|
Untuk menutupi sampel yang ada
pada kaca preparat
|
14
|
Pensil
|
Untuk menandai bagian telur yang
akan dibuka
|
Bahan
yang digunakan pada praktikum Whole mount
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2. Bahan serta kegunaannya pada praktikum Whole mount.
No
|
Nama Bahan
|
Kegunaan
|
1
|
Telur yang telah dierami selama 3-5 hari
|
Sebagai bahan pengamatan
|
2
|
Larutan fisiologis (NaCl 0,9%)
|
Untuk membersihkan embrio
|
3
|
Larutan alcohol 70%
|
Untuk mencuci (washing)
dan dehidrasi pada embrio
|
4
|
Larutan alcohol 80%, 90%, 96% dan 100%
|
Sebagai larutan proses dehidrasi pada embrio
|
5
|
Larutan eosin Y
|
Untuk proses perwarnaan pada embrio
|
6
|
Larutan xilol
|
Untuk proses dealkoholisasi pada embrio
|
7
|
Entellan
|
Untuk proses mounting pada embrio
|
8
|
Air
|
Untuk merendam telur agar dapat dipilih yang dapat digunakan.
|
9
|
Kertas
|
Untuk membuat cetakan preparat embrio ayam
|
10.
|
Tissue
|
Untuk menyerap sisa-sisa larutan
|
C.
Prosedur
Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Whole mount yaitu sebagai berikut:
1. Membuat lingkaran dengan pensil tempat embrio yang akan
dibuka. Memasukkan telur ke dalam sebuah bejana berisi air, mengupayakan agar
telur tersebut tenggelam seluruhnya.
2. Menusuk bagian yang tumpul (rongga udara), sehingga
gelembung-gelembung udara keluar dan vitelus turun yang akan memudahkan membuka
kulit telur.
3. Menusuk bagian yang telah ditandai tadi dengan pinset, lalu
menggunting lingkaran pada kulit kapur dengan gunting bengkok kemudian
mengangkat kulit kapur tersebut dengan pinset agar embrio tampak.
4. Mengisap cairan disekitar embrio dengan pipet namun
mengusahakan agar blastoderm dan daerah ekstra embrional tidak ikut terisap.
Setelah cairan di sekitar embrio habis, memindahkan embrio di dalam gelas
arloji kecil.
5. Menggunting membran vitelina, selanjutnya menggunting dengan
gunting kecil bengkok area embrional di luar sinus terminalis juga di bawah
blastoderm agar terlepas dari vitelus. Menarik blastoderm tersebut dengan
hati-hati menggunakan pinset.
6. Mencuci embrio dengan larutan garam fisiologis sampai bersih
dengan semprotan-semprotan pipet perlahan-lahan.
7. Memfiksasi embrio menggunakan larutan bouin secara hati-hati
menggunakan pipet tetes selama ± 10
menit tergantung pada besar kecilnya embrio.
8.
Washing: Menempatkan
embrio dalam alkohol 70% selama 3x5 menit.
9.
Pewarnaan: Memasukkan
embrio dalam larutan pewarna larutan pewarna Eosin Y selama 2 menit.
10. Washing: Memasukkan dalam alkohol 70% selama 3x5 menit.
11. Dehidrasi:
·
Dalam alkohol 70%
selama 5 menit
·
Dalam alkohol 80%
selama 5 menit
·
Dalam alkohol 90%
selama 5 menit
·
Dalam alkohol 96%
selama 5 menit
·
Dalam alkohol 100%
selama 5 menit
12. Dealkoholisasi (clearing): Memasukkan embrio dalam xilol
sampai kepala tampak jelas.
13. Mounting: Meletakkan embrio pada kaca benda yang telah diberi
Entellan.
14. Pengamatan: Mengamati dengan menggunakan mikroskop stereo
kemudian mengidentifikasi bagian-bagian embrio tersebut.
IV.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum ini yaitu
sebagai berikut:
|
|
|
|
|
|
B. Pembahasan
Metode Sediaan Utuh (Whole Mount)
merupakan metode yang dipersiapkan
sediaan yang terdiri atas keseluruhan organisme (baik hewan maupun tumhuhan)
secara utuh. spesimen kultur, organ, maupun bagian organ, embrio, sel telur,
spermatozoa ,potongan syaraf,pembuluh darah, jenis-jenis selaput tipis dan
sebagainya. Melalui metoda ini diusahakan agar kita mendapat kesan bentuk
aslinya dengan mempertahankan format-format taga dimensinya, yang menjadi
pembatas adalah faktor ukuran, ketabalan, serta tingkat transparansi sediaan
yang kita buat tersebut yang berkaitan dengan faktor pembesaran pengamatan
melalui mikroskop nantinya. Whole mounth
merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop
tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada metode ini, preparat yang
diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun
individu. Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole mounth ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika
organisme tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya
terbatas terhadap morfologi secara umum saja. Metode pembuatan preparat yang
digunakan untuk pengamatan secara menyeluruh, artinya mempelajari struktur
vegetatif dan reproduktifnya tanpa melakukan penyayatan terhadap hewan uji
karena metode ini menggunakan semua bagian tubuh hewan atau tanaman sebagai
preparatnya. Tentu saja yang diamati haruslah berukuran kecil sehingga dapat
termuat pada objek glass. Sedangkan ukuran yang agak besar bisa dilakukan
pemangkasan agar menjadi lebih rapi dan kecil.
Pertumbuhan
dan perkembangan embrio ayam hampir seluruhnya terjadi di luar tubuh induk.
Sumber makanan yang digunakan oleh embrio untuk pertumbuhan dan perkembangannya
selama proses inkubasi berasal dari zat makanan yang terkandung dalam bagian
telur. Perkembangan embrio terus berlangsung selama dalam organ reproduksi ayam
betina. Bila telur keluar dari kloaka dan berada pada kondisi lingkungan suhu
rendah maka perkembangan embrio akan terhenti. Masa ini disebut dengan masa
dormansi (istirahat). Bila masa dormansi terlalu lama embrio tidak mampu
berkembang lagi dan mengalami autolisis. Embrio akan berkembang sempurna bila
kondisi lingkungan pada suhu yang sesuai sekitar 39oC.
Alasan digunakannya telur ayam karena mudah didapat
dan memiliki membran ekstra embrional yang lengkap serta mudah diamati. Terdapat empat macam selaput embrio
pada ayam yaitu alantois, kantung yolk, amnion dan serosa. Telur
ayam dilengkapi dengan yolk yang
sangat banyak. Kandungan yolk yang
besar ini digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan bahan makanan yang
dibutuhkan embrio selama perkembangan dalam telur. Amnion merupakan selaput
yang membungkus janin sehingga tidak berhubungan langsung dengan sekitarnya. Serosa tumbuh disekitar kantung yolk dan membungkus seluruh kantung
tersebut, lalu melekat pada cangkang telur.
Percobaan
pembuatan preparat ”whole mount” embrio ayam diperoleh embrio ayam. Kami juga
dapat melihat bahwa pada embrio ayam ini terdapat bagian-bagian seperti bakal
kepala yang nantinya akan tumbuh menjadi kepala yang sempurna, bakal mata, bakal sayap dan bakal kaki. Bagian-bagian ini
disebut bakal (calon) organ karena masih belum sempurna. Bagian-bagian ini
nantinya akan mengalami perkembangan sehingga pada saat telur menetas telah
menjadi organ-organ yang sempurna. Tahap awal embrio ini harus dapat hidup dari
lingkungan yang ditemuinya yakni uterus. Pada hari-hari permulaan setelah
kedatangannya di uterus, untuk keperluan energinya embrio tersebut sepenuhnya
bergantung pada sekresi uterus embrio muda, sehingga embrio tersebut dapat
mempertahankan hidupnya sampai mengimplantasikan dirinya dan membentuk hubungan
yang permanen dengan sirkulasi maternal melalui plasenta. Terbentuknya
organ-ogan pada embrio ayam diawali dengn tubulasi yang selanjutnya akan
terbentuk bumbung neural, bumbung epidermis dan bumbung mesoderm, yang pada
akhinya akan terbentuk organ-organ syaraf kelamin dan badan lainnya.
V. PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan
pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode Sediaan Utuh (Whole Mount) merupakan metode yang dipersiapkan
sediaan yang terdiri atas keseluruhan organisme (baik hewan maupun tumhuhan)
secara utuh. Alasan digunakannya telur ayam karena mudah didapat
dan memiliki membran ekstra embrional yang lengkap serta mudah diamati. Kami
juga dapat melihat bahwa pada embrio ayam ini terdapat bagian-bagian seperti
bakal kepala yang nantinya akan tumbuh menjadi kepala yang sempurna, bakal
mata, bakal sayap dan bakal kaki.
B.
Saran
Saran yang
dapat diajukan pada praktikum kali ini yaitu agar semua praktikan untuk lebih
serius lagi dalam menjalankan praktikum agar hasil yang dicapai lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar