Rabu, 02 Januari 2013

Laporan Pencemaran Lingkungan Uji BOD,COD dan DO pada Aliran Sungai


LAPORAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN PERCOBAAN I PENGUKURAN DO, BOD DAN COD PADA LIMBAH TAHU OLEH NAMA : SULHIJA STAMBUK : F1D1 10 104 KELOMPOK : I (SATU) ASISTEN : ABDUL HAFIZ JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2012 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan industri dan teknologi seringkali berdampak pula terhadap keadaan air lingkungan, baik air sungai, air laut, air danau maupun air tanah. Dampak ini disebabkan oleh adanya pencemaran air yang disebabkan oleh berbagai hal seperti yang telah diuraikan di muka. Salah satu cara untuk menilai seberapa jauh air lingkungan telah tercemar adalah dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air. Industri tahu dan tempe merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota-kota besar dan kecil. Tempe dan tahu merupakan makanan yang digemari oleh banyak orang. Akibat dari banyaknya industri tahu dan tempe, maka limbah hasil proses pengolahan banyak membawa dampak terhadap lingkungan. Limbah dari pengolahan tahu dan tempe mempunyai kadar BOD sekitar 5.000 - 10.000 mg/l, COD 7.000 - 12.000 mg/l. Besarnya beban pencemaran yang ditimbulkan menyebabkan gangguan yang cukup serius terutama untuk perairan disekitar industri tahu dan tempe. Teknologi pengolahan limbah tahu tempe yang ada saat ini pada umumnya berupa pengolahan limbah sistem anaerob. Dengan proses biologis anaerob, efisiensi pengolahan hanya sekitar 70-80 %, sehingga air lahannya masih mengandung kadar polutan organik cukup tinggi, serta bau yang ditimbulkan dari sistem anaerob dan tingginya kadar fosfat merupakan masalah yang belum dapat diatasi. Mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara kombinasi proses biologis anaerob-aerob yakni proses penguraian anaerob dan diikuti dengan proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerob-aerob. Dengan kombinasi proses tersebut diharapkan konsentrasi COD dalan air olahan yang dihasilkan turun menjadi 60 ppm, sehingga jika dibuang tidaklagi mencemari lingkungan sekitarnya. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan pengamatan ini dengan tujuan untuk menambah wawasan mengenai pengukuran DO, BOD, dan COD pada limbah tahu. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pengukuran DO, BOD dan COD pada limbah tahu yaitu bagaimanakah cara pengukuran DO, BOD, dan COD pada limbah tahu ? C. Tujuan Praktikum Tujuan praktikum pengukuran DO, BOD dan COD pada limbah tahu yaitu untuk mengetahui cara pengukuran DO, BOD, dan COD pada limbah tahu. D. Manfaat Praktikum Manfaat pada praktikum pengukuran DO, BOD dan COD pada limbah tahu yaitu dapat mengetahui cara pengukuran DO, BOD, dan COD pada limbah tahu. II. TIJAUAN PUSTAKA Tingkat Oksigen terlarut yang Positif harus dipertahankan dalam pabrik penanganan biologis aerobik untuk memungkinkan biomass mencernakan BOD dan COD secara optimal. Pada saat aerasi biasa digunakan, oksigen dengan tingkat kemurnian yang tinggi menawarkan lebih banyak oksigen tingkat tinggi dan penurunan kadar COD daripada sistem aerasi yang konvensional (Amirullah, 2009). Oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan tidak beracun. Oleh karena itu, untuk mengetahui kadar oksigen terlarut yang terdapat dalam air perlu dilakukan pemeriksaan kadar oksigen. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Pemeriksaan kadar oksigen terlarut didalam air untuk mengetahui tingkat pencemarannya, dapat diketahui melalui pemeriksaan BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan pemeriksaan COD (Chemical Oxygen Demand) (Alimah, 2006). Ciri-ciri air yang mengalami pencemaran sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi. Sebagai contoh air minum yang terpcemar mungkin rasanya akan berubah meskipun perubahan baunya mungkin sukar dideteksi, bau yang menyengat mungkin akan timbul pada pantai laut, sungai dan danau yang terpolusi, kehidupan hewan air akan berkurang pada air sungai yang terpolusi berat, atau minyak yang terlihat terapung pada permukaan air laut menunjukkan adanya polusi. Tanda-tanda polusi air yang berbeda ini disebabkan oleh sumber dan jenis polutan yang berbeda-beda pula (Syamsidar, 2011). Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi.Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasibahan ± bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen. dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasilfotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2005). Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung NaCl. Kadar garam NaCl dalam ait laut 3 %. Dengan keadaan ini, maka air laut tak memenuhi syarat untuk air minum. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bacteriologie. Setelah mengalami suatu mengotoran, pada suatu saat air permukaan tersebut akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri yang dapat melalui proses berikut, udara yang mengadung oksigen atau gas O2 akan membantu mengalami proses pembusukan yang terjadi pada air permukaan yang telah mengalami pengotoran, karena selama dalam perjalanan O2 akan meresap ke dalam air permukaan. Panjangnya daerah perusakan ini tergantung pada sifat dan banyaknya pengotor serta kadar oksigen yang larut. Air sungai dalam penggunaanya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minium pada umumnya dapat mencukupi (Achmad, 2004). DAFTAR PUSTAKA Achmad, Rukaesih, 2004, Kimia Lingkungan, PT. askara Jaya, Jakarta Alimah, Nur., 2006, Kimia Lingkungan, Sekolah Menengah Analisis Kimia Makassar, Makassar. Amirullah, Ismail Marzuki., 2009, Biokimia Kesehatan edisi 1, Pustaka As- salam, Makassar. Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Osean, ITB, Bandung. Walina, S. 2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampak dan Penanggulangannya. IPB, Bogor Syamsidar, 2011, Penuntun Praktikum Kimia Anorganik,:UIN Alauddin, Makassar III. METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Praktikum ini dilakasanakan pada hari Selasa, 11 Oktober 2012 pada pukul 08.00 – selesai yang bertempat di Laboratorium Zoologi Mipa Baru Universitas Haluoleo Kendari B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Alat dan kegunaan yang dipakai pada praktikum ini No Nama Alat Kegunaan 1 Botol krating deng Sebagai wadah untuk menyimpan sampel 4 Alat Tulis-menulis Untuk mmenulis hasil pengamatan 5 Kamera Untuk mengambil hasil pengamatan Sedangkan bahan yang dipakai pada praktikum ini yaitu dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Bahan dan kegunaan yang dipakai pada praktikum ini No Nama Bahan Kegunaan 1 Air limbah tahu Sebagai objek pengamatan C. Prosedur Kerja Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut : 1. BOD dan DO a. Mengambil sampel air limbah tahu menggunakan botol krating deng tanpa gelembung b. Menambahkan 2 mL larutan MnSO4 40%, dan mendiamkan larutan selama beberapa menit untuk menghomogenkan c. Menambahkan 2 mL alkali iodida azida, kemudian mendiamkan hingga muncul endapan berwarna coklat dan memindahkan larutan kegelas kimia kemudian dikocok d. menambahkan 2 mL H2SO4 pekat hingga endapan larut, lalu mengambil 100 mL dan memindahkan larutan kedalam Erlenmeyer e. Larutan yang berada didalam erlenmeyer siap untuk dititrasi dengan larutan Na2 S2 O3 0,025N f. Menambahkan indikator amilum dan melanjutkan kembali dengan titrasi hingga warna biru hilang, kemudian mencatat volume titrasi. g. Menulis hasil pengamatan 2. COD a. Memasukkan 100 mL sampel tanpa gelembung kedalam Erlenmeyer b. Menambahkan 5 mL H2SO4 4N dan menambahkan lagi dengan 10 mL larutan KMnO4 lalu memanaskannya hingga mendidih kurang lebih 5 menit c. Menambahkan 10 mL H2C2O4 0,05N kemudian menitrasi selagi panas dengan larutan KMnO4 0,05N hingga larutan berwarna merah muda. Dan catat hasil volume. d. Menulis hasil pengamatan B. Pembahasan Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air Sedangkan angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air. Melalui kedua cara tersebut dapat ditentukan tingkat pencemaran air lingkungan. Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak berbeda dengan manusia dan mahluk hidup lainnya yang ada di darat yang juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat bertahan hidup, karena air yang tidak mengandung oksigen tidak dapat memberikan kehidupan bagi mikroorganisme, ikan dan hewan air lainnya. Memenuhi kehidupannya, manusia tidak hanya tergantung pada makanan yang berasal dari daratan saja (beras, gandum, sayuran, buah dan daging), akan tetapi juga tergantung pada makanan yang berasal dari air (ikan, kerang, cumi-cumi dan rumput laut). Tanaman yang ada di dalam air, dengan bantuan sinar matahari melakukan fotosintesis yang menghasilkan oksigen dimana oksigen yang dihasilkan dari akan larut di dalam air. Selain itu, oksigen yang ada di udara dapat masuk pula ke dalam air melalui proses difusi yang secara lambat menembus permukaan air. Konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri, kejenuhan air dapat disebabkan oleh koloidal yang melayang di dalam air oleh jumlah larutan limbah yang terlarut di dalam air, selain itu suhu air dan tekanan udara juga dapat mempengaruhi konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air dikarenakan tekanan udara mempengaruhi kecepatan difusi oksigen dari udara ke dalam air. Kemajuan industri dan teknologi seringkali berdampak pula terhadap keadaan air lingkungan, baik air sungai, air laut, air danau maupun air tanah. Dampak ini disebabkan oleh adanya pencemaran air yang disebabkan oleh berbagai faktor. Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah, hal dikarenakan oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah/ mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk). Umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk). Selain dari itu, bahan buangan organik juga dapat bereaksi dengan oksigen yang terlarut di dalam air organik yang ada di dalam air, makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya. Bahan buangan organik biasanya berasal dari industri kertas, industri penyamakan kulit, industri pengolahan bahan makanan (seperti industri pemotongan daging, industri pengalengan ikan, industri pembekuan udang, industri roti, industri susu, industri keju dan mentega), bahan buangan limbah rumah tangga, bahan buangan limbah pertanian, kotoran hewan dan kotoran manusia dan lain sebagainya. Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal darifotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangatberperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Oksigenterlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhanoksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisiskualitas air. Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air dapat ditentukan seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi. Dapat diketahui dengan menggunakan uji COD dan BOD. BOD singkatan dari Biochemical Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen biologi untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan didalam air limbah oleh mikroorganisme. Dalam hal ini bungan organik akan dioksidasi oleh mikroorganisme didalam air limbah, proses ini adalah alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup. Sedangkan COD (Chemical Oxygen Demand) atau oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan didalam air, dalam hal ini bahan buangan organik akan dioksidasi oleh bahan kimia yang digunakan sebagai sumber oksigen oxidizing agent. COD (Chemical Oxygen Demand = Kebutuhan Oksigen Kimia) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organic yang ada dalam sampel air, dimana pengoksidasi K2 Cr2 O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Oksidi-reduktometri merupakan salah satu macam titrasi. Oksidi-reduktometri adalah metode titrimetri berdasarkan reaksi reduksi dan oksidasi dari titran dan titrat. Oksidi-reduktometri digunakan untuk analisis logam dalam suatu persenyawaan dan analisis senyawa organik. Oksidimetri adalah teknik titrasi yang menggunakan titran sebagai suatu oksidator. Salah satu teknik ini adalah permanganometri. Pada metode ini, titran yang digunakan adalah ion permanganat, khususnya dalam bentuk garam kalium permanganat. Ion permanganat bertindak sebagai oksidator dengan hasilreaksi berupa ion Mn 2+. Pembuatan tahu pada prinsipnya dibuat dengan mengekstrak protein, kemudian mengumpulkannya, sehingga terbentuk padatan protein. Pada pengolahan tahu diperlukan air yang banyak, karena hampir semua tahap pada pembuatan tahu 10memerlukan air. Hasil sampingan dari proses pembuatan tahu yaitu “Whey”, berupa cairan dan ampas tahu berupa padatan. Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut antara lain protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa-senyawa tersebut, protein dan lemaklah yang jumlahnya paling besar yang mencapai 40% - 60% protein, 25 - 50% karbohidrat, dan 10% lemak . Semakin lama jumlah bahan organik ini semakin banyak, dalam hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. Untuk menentukan besarnya kandungan bahan organik digunakan beberapa teknik pengujian seperti BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand) dan TOM (Total Organic Meter). Uji BOD merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran bahan organik, baik dari industri ataupun dari rumah tangga.

Selasa, 01 Januari 2013

PRAKTIKUM ANWAN 4_Q AVES


I. JUDUL Judul praktikum ini yaitu Classis AVES Sterptopelia chinensis (Tekukur). II. TUJUAN Tujuan praktikum ini adalah Mengamati berbagai bentuk, struktur, susunan, tipe dan letak dari sistem anatomi Sterptopelia chinensis (Tekukur). secara inspection dan section III. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Classis AVES Sterptopelia chinensis (Tekukur) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Alat dan kegunaanya pada praktikum Classis AVES Sterptopelia chinensis (Tekukur). No Nama alat Keguanaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Gunting Cuter/ pisau Pinset Jarum pentul Lap kasar Kamera digital Mikroskop stereo Gabus (pengganti papan seksi) Silet Untuk membedah burung Untuk membedah dan memotong burung Untuk mengambil organ burung Untuk melekatkan burung pada gabus Untuk membersihkan burung Untuk mengambil gambar dan organ burung Untuk melihat organ-organ pada burung Untuk meletakan katak yang akakan di bedah Untuk membedah dan membersihkan daging burung yang masih melekat pada tulangnya. 2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum Classis Aves Sterptopelia chinensis (Tekukur) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Bahan dan kegunaanya pada praktikum Classis Aves Sterptopelia chinensis (Tekukur). No Nama bahan Kegunaan 1 . Sterptopelia chinensis (Tekukur). Sebagai bahan pengamatan IV. PROSEDUR KERJA Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut: a. Mengambil seekor Tekukur (Sterptopelia chinensis), yang sudah dimatikan dengan pisau, meletakan diatas papan seksi/ gabus, jepit dengan alat penjepit agar tidak lepas. b. Mengamati secara inspectio dari caput, cervix, truncus, dan ekstremitas. Menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian. c. Mengamati struktur anatomi, bulu plumae, plumulae dan filoplumae menggambar dan memberi keterangan masin-masing bagian. d. Mengamati skeleton (extremitas superior dan poterior). Menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian. e. Mengamati secara sectio dengan mengiris secara hati-hati dan teliti pada kulit luar untuk menampakkan alat-alat dalam, agar hasil irisan tidak merusak organ dalam pada aves. f. Mengamati topografi (esofagus sampai ren), menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian organ. g. Mengamati cavum oris (maxilla dan mandibula). Menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian organ. h. Mengamati sistem digestorium menunjukan bagian dari tractus digestivus dan glandula digestoria menggambar dan memberikan keterangan masing-masing bagian. i. Menggamati dibawah mikroskop sistem cardiovasculare, menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian. j. Menggamati dibawah mikroskop sistem respiratorium, menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian k. Mengamati dibawah mikroskop sistem urogenilate jantan dan betina menggambar dan memberi keterangan masing-masing. l. Mengamati sternum, cingulum pectorale dengan cara memisahkan dari organ lainnya, menunjukan bagian-bagian, menggambar serta memberi keterangan. V. HASIL PENGAMATAN Hasil pengamatan pada praktikum Classis Aves, Merpati (Columba livia) adalah sebagai berikut : 1. Pengamatan Inspectio 1.1. Morfologi Bagian Punggung (facies dorsalis) 1.2. Morfologi Bagian Perut (facies ventralis) 1.3. Bulu  Plumae  Plumulae  Filoplumulae 1.4. Selekton  Anggota Gerak Atas (extremitas superior)  Anggota Gerak Bawah (extremitas posterior)  Tulang Dada (sternum) dan Gelang Bahu (cingulum pectorale) 2. Sectio 2.1. Topografi 2.2. Rongga Mulut (cavum oris) 2.3. Sistem Kardiovaskular (cardiovasculare) 2.4. Sistem Pencernaan (digestorium) 2.5. Sistem Ekskresi (uropoetica) VI. Pembahasan Aves merupakan satu-satunya kelas dalam kelompok chordata yang cukup unik dengan memiliki bulu dan berbagai macam tipe kaki. Bulu adalah modifikasi dari sisik yang berkembang secara evolusioner dari reptilia. Jantung burung terdiri dari empat ruang dan tergolong hewan berdarah panas. Semua burung menggunakan paruh dan tidak memiliki gigi. Struktur modifikasi untuk terbang meliputi tulang lengkung, rangka apendikular depan berubah menjadi sayap, kantung udara, mata yang lebar, dan cerebellum yang berkembang dengan sangat baik. Pengamatan yang kami lakukan secara langsung menunjukkan bahwa bagian eksternal dari Sterptopelia chinensis terdiri dari caput (kepala), bulu-bulu, truncus (badan), caudal (ekor) dan extrimitas (alat gerak). Pada bagian caput Sterptopelia chinensis terdapat rostrum (paruh), Nares (lubang hidung), cera, organon visus, porus acusticus externus, dan membrane tympani. Pada bagian truncus di liputi bulu-bulu dan terdapat uropygium. Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu. Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1984). Bulu-bulunya terbagi menjadi 3 macam yaitu plumae, plumulae, dan filoplumae. Plumae terdiri dari calamus, rachis, umbilicus inferior, umbilicus superior, vexillum. Plumulae terdiri dari calamus pendek, rachis yang agak tereduksi, barbae panjang dan fleksibel, dan barbulae pendek. Filolumae tubuh di seluruh tubuh tapi jaraknya sangat jarang. Bagian ektrimitasnya terdiri atas extrimitas superior dan extrimitas inferior. Extrimitas superior berupa sayap yang skeletonnya terdiri dari humerus (tulang lengan atas), radius (tulang pengumpil), ulna (tulang hasta), ossa carpalia (tulang pergelangan tangan), carpo metatarsus (tulang telapak tangan), dan digiti (ruas jari). Sedangkan extrimitas inferior berupa tangkai yang terdiri atas patella (tulang lutut), tibio-tarsus (tulang pergelangan kaki), fibula (tulang betis), tarso metatarsus (persatuan antara ossa tarsalia dan ossa metatarsalia), dan phalanges yang terdapat digiti yang mempunyai falcula. Paru-Paru khusus pada burung mempunyai bentuk tubuh yang jauh berbeda dengan binatang yang dianggap sebagai nenek moyangnya, reptil. Paru-paru burung bekerja dengan cara yang sama sekali berbeda dengan hewan menyusui. Hewan menyusui menghirup dan membuang udara melalui batang tenggorokan yang sama. Namun pada burung, udara masuk dan keluar melalui ujung yang berlawanan. "Rancangan" khusus semacam ini diciptakan untuk memberikan volume udara yang diperlukan saat terbang. Evolusi bentuk seperti ini dari reptil tidaklah mungkin. Inspirasi udara kaya oksigen masuk ke paru-paru. Otot antara tulang rusuk (interkosta) berkontraksi sehingga tulang rusuk bergerak ke luar dan tulang dada membesar. Akibatnya teklanan udara dada menjadi kecil sehingga udara luar yang kaya oksigen akan masuk. Udara yang masuk sebagian kecil menuju ke paru-paru dan sebagian besar menuju ke kantong udara sebagai cadangan udara. Ekspirasi yaitu otot interkosta relaksasi sehingga tulang rusuk dan tulang dada ke posisi semula. Akibatnya rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi lebih besar dari pada tekanan udara luar. Ini menyebabkan udara dari paru-paru yang kaya karbondioksida ke luar. Aliran udara searah dalam paru-paru burung didukung oleh suatu sistem kantung udara. Kantung-kantung ini mengumpulkan udara dan memompanya secara teratur ke dalam paru-paru. Dengan cara ini, selalu ada udara segar dalam paru-paru. Sistem pernafasan yang rumit seperti ini telah diciptakan untuk memenuhi kebutuhan burung akan jumlah oksigen yang tinggi. Pernafasan burung saat terbang yaitu saat terbang pergerakan aktif dari rongga dada tidak dapat dilakukan karena tulang dada dan tulang rusuk merupakan pangkal perlekatan otot yang berfungsi untuk terbang. Saat mengepakan sayap (sayap diangkat ke atas), kantong udara di antara tulang korakoid terjepit sehingga udara kaya oksigen pada bagian itu masuk ke paru-paru. Sistem peredaran darah pada Aves meliputi alat-alat transportasi pada burung tekukur (Sterptopelia chinensis) terdiri atas jantung dan pembuluh darah. Jantung terdiri atas empat ruang yaitu serambi kiri, serambi kanan, bilik kiri dan bilik kanan. Darah yang banyak mengandung oksigen yang berasal dari paru-paru tidak bercampur dengan darah yang banyak mengandung karbondioksida yang berasal dari seluruh tubuh. Peredaran darah burung merupakan peredaran darah ganda yang terdiri atas peredaran darah kecil dan peredaran darah besar. Pengaturan suhu tubuh pada Aves meliputi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia. Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan harus mengatur panas yang diterima atau yang hilang ke lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari. Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas. Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya. Sistem pencernaan pada Aves yaitu organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan. Saluran pencernaan pada burung terdiri atas paruh yang merupakan modifikasi dari gigi. Rongga mulut, terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut dan tanduk. Faring, berupa saluran pendek. Esofagus, pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan cepat. Lambung terdiri atas proventrikulus (lambung kelenjar), banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding ototnya tipis. Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal. Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang berguna untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai " hen’s teeth”. Intestinum terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka. Usus halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum. Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada burung merpati tidak terdapat kantung empedu. Terbang merupakan memerlukan sejumlah besar kekuatan. Karena itulah burung memiliki perbandingan jaringan otot terhadap massa tubuh yang terbesar daripada semua makhluk. Metabolisme tubuhnya juga sesuai dengan kekuatan otot yang tinggi. Rata-rata, metabolisme tubuh suatu makhluk berlipat dua kali sewaktu suhu tubuh meningkat sebesar 50°F (10°C). Suhu tubuh burung gereja yang sebesar 108°F (42°C) serta suhu tubuh burung murai (Turdus pilaris) setinggi 109,4°F (43,5°C) menunjukkan betapa cepat kerja metabolisme tubuh mereka. Suhu tubuh yang tinggi seperti itu, yang dapat membunuh makhluk darat, justru sangat penting bagi burung untuk bertahan hidup dengan meningkatkan penggunaan energi, dan, karena itu pula, kekuatannya. Kebutuhan mereka akan banyak energi, burung juga mempunyai tubuh yang mencerna makanan yang mereka makan dalam cara yang optimal. Sistem pencernaan burung memungkinkan mereka memanfaatkan dengan cara terbaik makanan yang mereka makan. Misalnya, seekor bayi bangau menggunakan 2,2 lbs (1 kg) dari massa tubuhnya untuk setiap 6,6 lbs (3 kg) makanan. Pada hewan menyusui dengan pilihan makanan yang serupa, perbandingan ini adalah sekitar 2,2 lbs (1 kg) hingga 22 lbs (10 kg). Sistem peredaran burung juga telah diciptakan selaras dengan kebutuhan energi tinggi mereka. Jika jantung manusia berdetak 78 kali per menit, jumlah detakan adalah 460 untuk burung gereja dan 615 untuk burung murai. Begitu pula, peredaran darah pada burung pun sangat cepat. Oksigen yang memasok seluruh sistem yang bekerja cepat ini disediakan oleh paru-paru unggas khusus. Sistem reproduksi pada aves yaitu kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka. Sistem Genitalia Jantan yaitu yang pertama testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan disimpan spermatozoa. Saluran reproduksi meliputi Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori, duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka. Sistem genitalia betina meliputi ovarium, selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen. Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah infundibulumyang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah magnum yang akan mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland untuk menghasilkan cangkang kapur. Proses festilisasi Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka. Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur. Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang. VII. Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pengamatan yang kami lakukan secara langsung menunjukkan bahwa bagian eksternal dari Sterptopelia chinensis terdiri dari caput (kepala), bulu-bulu, truncus (badan), caudal (ekor) dan extrimitas (alat gerak). Pada bagian caput Sterptopelia chinensis terdapat rostrum (paruh), Nares (lubang hidung), cera, organon visus, porus acusticus externus, dan membrane tympani. Pada bagian truncus di liputi bulu-bulu dan terdapat uropygium. Bagian ektrimitasnya terdiri atas extrimitas superior dan extrimitas inferior. Extrimitas superior berupa sayap yang skeletonya terdiri dari humerus (tulang lengan atas), radius (tulang pengumpil), ulna (tulang hasta), ossa carpalia (tulang pergelangan tangan), carpo metatarsus (tulang telapak tangan), dan digiti (ruas jari). Sedangkan extrimitas inferior berupa tangkai yang terdiri atas patella (tulang lutut), tibio-tarsus (tulang pergelangan kaki), fibula (tulang betis), tarso metatarsus (persatuan antara ossa tarsalia dan ossa metatarsalia), dan phalanges yang terdapat digiti yang mempunyai falcula. VIII. DAFTAR PUSTAKA Brotowidjoyo,D.M. 1990. Zoologi Dasar .Erlangga :Jakarta. Jasin, M. 1987. Zoologi Vertebrata. Penerbit Sinar Wijaya. Surabaya. Kimball, J.W. 1983. Biologi Jilid 3. Erlangga: Jakarta. LAPORAN ANATOMI HEWAN PRAKTIKUM IV “ Classis : AVES” Sterptopelia chinensis (Burung Tekukur) OLEH NAMA : SULHIJA STAMBUK : F1D1 10 104 KELOMPOK : IV (EMPAT) PRODI : BIOLOGI ASISTEN PEMBIMBING : SULASTRI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2012

LAPORAN ANWAN 3_Q


LAPORAN ANATOMI HEWAN PRAKTIKUM III “ Classis : AMPHIBIA” Rana limnocharis (Katak Sawah) OLEH NAMA : SULHIJA STAMBUK : F1D1 10 104 KELOMPOK : IV (EMPAT) PRODI : BIOLOGI ASISTEN PEMBIMBING : SULASTRI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2012 I. JUDUL Judul praktikum ini adalah Classis Amphibia Rana limnocharis ( Katak Sawah). II. TUJUAN Tujuan praktikum ini adalah untuk mengamati bentuk, struktur, susunan, tipe dan letak dari sistem anatomi Rana limnocharis ( Katak Sawah) secara inspectio dan sectio. III. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat yang digunakan dalam praktikum Classis Amphibia Rana limnocharis ( Katak Sawah) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Alat dan kegunaannya pada praktikum ini adalah sebagai berikut: No Alat Kegunaan 1. Gabus Sebagai tempat membedah katak 2. Silet/cutter Untuk memotong dan membedah katak 3. Pinset Untuk mengambil organ katak 4. Jarum pentul Untuk menusuk katak 5. Kamera digital Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan 6. Gunting Untuk menggunting kulit luar katak 7. Mikroskop stereo Untuk mengamati organ katak 8. Alat tulis menulis Untuk mencatat hasil pengamatan 9 Toples Untuk tempat membius sampel pengamatan 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum Classis Amphibia Rana limnocharis ( Katak Sawah) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Bahan dan kegunaannya pada praktikum ini adalah sebagai berikut: No. Bahan Kegunaan 1. Rana limnocharis ( Katak Sawah) Sebagai bahan yang akan diamati 2. Formalin Sebagai bahan untuk membius katak sawah (Rana limnocharis) 3 Kapas Sebagai bahan untuk membius IV. PROSEDUR KERJA Prosedur kerja pada praktikum Classis Amphibia katak sawah (Rana limnocharis) adalah sebagai berikut : 1. Mengambil seekor Rana limnocharis (katak sawah), membius dengan menggunakan formalin, meletakkan diatas papan seksi/gabus, menjepit dengan alat penjepit agar tidak lepas. 2. Mengamati secara inspectio dari caput, cervis, truncus, dan extremitas. Menggambar dan memberi keterangan masing - masing bagian. 3. Mengamati secara sectio, membuka kulit Rana limnocharis secara hati - hati dan teliti menggunakan cutter, gunting, menunjukkan saccus lymphaticus subcutaneus. Menggambar dan memberi keterangan masing -masing bagian. 4. Mengamati sistem muscular facies dorsalis dan facies ventralis. Menggambar dan memberi keterangan masing - masing bagian. 5. Membuka kulit sampai menembus otot Rana limnocharis tanpa melukai organ dalam, menunjukkan topografinya. Mengggambar dan memberi keterangan masing - masing bagian. 6. Mengamati sistem digestorium, menunjukkan bagian cavum oris, tractus digestivus dan glandula digestoria. Menggambar dan memberi keterangan. 7. Mengamati sistem cardiovasculare. Menggambar dan memberi keterangan masing - masing bagian. 8. Mengamati sistem respiratorium dan mekanisme pernafasan dengan pulmo secara aspirasi, inspirasi, dan expirasi. Menggambar dan memberi keterangan masing - masing bagian. 9. Mengamati di bawah mikroskop sistem urogenitale jantan dan betina dengan menunjukkan organ genitalia dan organ uropoetica. Menggambar dan memberi keterangan masing - masing bagian. 10. Mengamati di bawah mikroskop cartilage hyoidea dan sternum, cingulum pectoral dengan cara memisahkan dari organ lainnya menunjukkan bagian -bagian. Menggambar dan memberi keterangan. V. HASIL PENGAMATAN 1. Inspectio 1.1. Penampang bagian punggung (facies dorsalis) 1.2. Selaput Renang 2. Sectio 2.1. Sistem pencernaan (system digestorium) Keterangan : ZA. Saluran Pencernaan (Tractus digestivus) 1. Rongga mulut (cavum oris) 2. Kerongkongan (esophagus) 3. Lambung (ventriculus) 4. Usus (intestinum) 5. Kloaka (cloaca) B. Kelenjar Pencernaan (glandula digestoria) 6. Pankreas (pancreas) 7. Hati (hepar) 8. Kantung empedu (vesica fellea) 2.2. Sistem Kardiovaskular (Cardiovasculare) 2.3. Sistem Pernafasan (Respiratorium) 2.4. Sistem Ekskresi (system uropoetica) 2.5. Sistem reproduksi (system urogenitale) katak betina VI. Pembahasan Kata amphibia berasal dari bahasa yunani “amphi dan bious” yang masing-masing artinya adalah dua dan hidup. Maksudnya disini adalah kehidupan ganda, terutama diartikan hidup di darat dan air. Akan tetapi terjadi pengecualian pada beberapa spesies yang hidup dan menetap di air. Pada umumnya amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di darat. Amphibia memiliki manfaat yang cukup banyak bagi manusia (Kimball, 1983). Amphibia adalah hewan berdarah dingin yang mampu menyesuaikan cara hidupnya dengan lingkungan. Di daerah beriklim sedang, bila musim dingin tiba, hewan ini bersembunyi dimana saja, misalnya mengubur diri dalam lumpur parit, dikubanan atau di tanah yang basah di antara batu-batuan. Selama tidur pada waktu musim dingin, hewan ini tidak makan, dan sedikit pertukaran udara yang dibutuhkannya, yang berlangsung melalui kulitnya. Amphibia berasal dari kataAmphi yang artinya rangkap, dan bios yang artinya kehidupan. Dan amphibia adalah hewan yang hidup dengan dua bentuk kehidupan,mula-mula dalam air tawar kemudian dilanjutkan di darat. Fase kehidupan di dalam air berlangsung sebelum alat reproduksinya masak, keadaan ini merupakan fase larva atau biasa disebut berudu. Amphibi mempunyai ciri-ciri, tubuhnya diselubungi kulityang berlendir, merupakan hewan berdarah dingin atau poikiloterm, amphibi mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan, yaitu dua serambi dan satu bilik, mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yangterdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang diair, pernafasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernafasannya berupa paru-paru. Tubuh amphibia khususnya katak, terdiri dari kepala, badan, dan leher yang belum tampak jelas. Sebagian kulit, kecuali pada tempat-tempat tertentu, terlepas dari otot yang ada di dalamnya, sehingga bagian dalam tubuh katak berupa rongga-rongga yang berisi cairan limfa subkutan. Amphibia dewasa memiliki mulut lebar dan lidah yang lunak yang melekat pada bagian depan rahang bawah. Paru-paru selalu ada seperti yang terdapat pada kelompok salamander, dan sebagian besar pernafasan juga dilakukan oleh kulit. Pada katak sawah, kulit ini hampir selalu basah karena adanya sekresi kelenjar-kelenjar mucus yang banyak terdapat didalamnya. Selain itu, kulit katak juga banyak mengandung kapiler-kapiler darah dari cabang-cabang vena kutanea magna dan arteri kutanea. Selain kulit, pernafasan juga dilakukan melalui epitel, mulut, dan larynxs. Bibir, mata, dan kelenjar yang menjaga kelembaban mata juga ikut berkembang (Brotowidjoyo, 1985). Klasifikasi katak sawah sebagai berikut : Kingdom :Animalia Fylum :Chotdata Sub fylum :Vertebrata Kelas :Amphibia Famili :Ranidae Genus :Rana Spesies :Rana sp. Praktikum yang kami lakukan dengan membedah katak sawah (Rana limnocharis) setelah dilakukan pembedahan terlihat adanya jantung, lambung, hati, limfe, pankreas, usus halus, usus 12 jari, usus besar, dan kloaka. Saluran-saluran pencernaan dimulai dari rongga mulut kemudian lidah yang berfungsi menangkap makanan setelah makanan dicerna di mulut kemudian dilanjutkan ke kerongkongan, dalam kerongkongan dilanjutkan ke lambung. Kelenjar-kelenjar pencernaan itu berurutan bekerja sesuai denga funginya masing-masing. Kelenjar-kelenjar pencernaan itu bekerja dengan baik. Katak memiliki empat kaki dan tubuh yang jongkok. Katak berjalan dengan melompat, tidak memiliki ekor dan leher yang jelas. Kaki belakang katak lebih panjang yang berfungsi untuk mencari mangsa. Mata katak sangat besar dan pupil mata vertikal dan juga horizontal. Jari katak berbentuk silindris dan pipih serta kadag memiliki lipatan kulit lateral yang lebar. Kulit katak beracam-macam, ada yang halus dan ada yang kasar. Sisi tubuh beberapa katak terdapat lipatan kulit lateral lebar dan kelenjar mulai dari belakang mata sampai di atas pangkal paha yang disebut lipatan dorsal lateral. Terdapat juga lipatan serupa yang disebut lipatan suprasimponik dimulai dari belakang mata memanjang di atas gendang telingan dan berakhir dekat pangkal lengan. Kulit katak memiliki kelenjar yang dapat mengeluarkan lendir yang licin. Warna kulit katakdapat berubah ssuai dengan cahaya yang ditangkap oleh tubuh untuk dapat berubah. Perubahan warna kulit katak dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk melindungi diri dari perhatian hewan pemangsa. Kulit katak juga berfungsi dalam pertukaran gas . Lambung berwarna keputih-putihan yang terletak di sebelah kiri perut katak, di dalam lambung, makanan masih kenyal kemudian diteruskan ke usus. Usus 12 jari merupakan lanjutan dari lambung sebgai bagian pertama dari usus halus. Percobaan terlihat berurutan yaitu usus 12 jari, usus halus, usus besar dan kloaka. Tempat pembuangan akhir yaitu pada kloaka yang merupakan pelepasan bagaian salauran ginjal, kelenjar kelamin, dan anus. Katak memiliki sepasang paru-paru berupa kantung elastis yang tipis. Mekanisme pernapasan paru-paru terdiri dari inspirasi dan ekspirasi. Keduanya dengan mulut tertutup. Katak memiliki tulang-tulang rusuk dan rongga badan. Mekanisme pernapasannya diatur oleh otot-otot tulang bawah dan perut yang saling berhubungan satu sama lain. Paru-paru divertilasi dengan pompatekan. Kelenjar paru-paru itulah terutama penyebab udara keluar. Amphibia menambah respirasi paru-paru dengan pertukaran gas melalui kulitnya yang tipis dan basah. Sebagian besar CO2 dikeluarkan melalui kulit karena laju vertilasi paru-paru tidak cukup untuk membawa keluar. Sejumah air juga diperlukan dan ditukarkan melalui kulit. Hal inilah yang mungkin menyebabkan Amphibi tidak dapat hidup di darat sepenuhnya. Sistem peredaran darah terjadi di jantung, yang terdiri dari aorta, atrium (kiri dan kanan), pericardium, ventrikel. Sistem peredaran darahnya tertutup yang dibangun sebagai jantung sebagai organ utamanya, serta pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler. Pembuahan pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan kodok jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina. Pada pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum dalam jumlah besar, karena kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan secara internal. Pada katak betina menghasilkan ovum yang banyak, kalau kita membedah katak betina yang sedang bertelur, kita akan menjumpai bentukan berwarna hitam yang hampir memenuhi rongga perutnya, itu merupakan ovarium yang penuh berisi sel telur, jumlahnya mencapai ribuan. Pada katak betina juga ditemukan semacam lekukan pada bagian leher, yang berfungsi sebagai tempat ”pegangan” bagi katak jantan ketika mengadakan fertilisasi. Hal ini diimbangi oleh katak jantan dengan adanya struktur khusus pada kaki depannya, yaitu berupan telapak yang lebih kasar. Fungsinya untuk memegang erat katak betina ketika terjadi fertilisasi. Sistem pencernaan pada katak sawah (Rana limnocharis) terdiri dari mulut, kerongkongan, dari kerongkongan akan masuk ke lambung, usus halus, usus besar, dan sisa maanan akan dibuang melalui kloaka setelah diserap oleh tubuh. Sistem pernapasan pada katak sawah tersusun atas celah glotis laring, percabangan paru-paru (bronchus), gelembung paru-paru (alveoli) dan paru-paru. Sistem pencernaan pada katak meliputi bagian saluran pencernaan dan kelenjar penceranaan. Saluran pencernaan katak secara berturut-turut adalah rongga mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dan kloaka. Kelenjar penceranaan katak meliputi hati, kantung empedu, dan pancreas. Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang memiliki gigi sejati. Lidah katak dapat untuk menangkap makanan atau mangsa seperti serangga. Saluran pencernaan mulai dari esophagus yang sagat pendek, terdiri dari konstruksi yang kecil-kecil, tepinya bersilia dan sebagai alat cerna yaitu sel-sel secretoris, kemudian ke usus 12 jari dan usus halus yang berkelok-kelok dan selanjutnya ke usus besar yang lebar. Setelah ke usus besar langsung menuju ke kloaka, yaitu tempat lubang pelepasan. VII. Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan yaitu dengan membedah katak sawah (Rana limnocharis) setelah dilakukan pembedahan terlihat adanya jantung, lambung, hati, limfe, pankreas, usus halus, usus 12 jari, usus besar, dan kloaka. Saluran-saluran pencernaan dimulai dari rongga mulut kemudian lidah yang berfungsi menangkap makanan setelah makanan dicerna di mulut kemudian dilanjutkan ke kerongkongan, dalam kerongkongan dilanjutkan ke lambung. Kelenjar-kelenjar pencernaan itu berurutan bekerja sesuai denga funginya masing-masing. Kelenjar-kelenjar pencernaan itu bekerja dengan baik. VIII. DAFTAR PUSTAKA Brotowidjoyo, Mukayat J, 1985. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga Kimball, Jhon W. 1983. Biologi Jilid 3. Jakarta :Erlangga Soemarwoto, Idjah. 1981. Biologi Umum. Jakarta: Gramedia.

PRAKTIKUM 2 ANWANQ


LAPORAN ANATOMI HEWAN PRAKTIKUM II “Classis Reptilia Mabouya multifasciata, Kuhl (Kadal)” OLEH NAMA : SULHIJA STAMBUK : F1D1 10 104 KELOMPOK : IV (EMPAT) PRODI : BIOLOGI ASISTEN PEMBIMBING : GEDE SULTRA WIRAWAN, S.Si FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2012 I. JUDUL Judul praktikum ini adalah Classis Reptilia Mabouya multifasciata, Kuhl (Kadal). II. TUJUAN Tujuan praktikum ini adalah untuk mengamati bentuk, struktur, susunan, tipe dan letak dari sistem anatomi Mabouya multifasciata, Kuhl (Kadal), Varanus salvator (Biawak), Tokeks ecara inspectio dan sectio. III. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat yang digunakan dalam praktikum Classis Reptilia Mabouya multifasciata, Kuhl (Kadal) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Alat dan kegunaannya pada praktikum ini adalah sebagai berikut: No Alat Kegunaan 1. Gabus Sebagai tempat membedah kadal 2. Silet/cutter Untuk memotong dan membedah kadal 3. Pinset Untuk mengambil organ kadal 4. Jarum pentul Untuk menusuk kadal 5. Kamera digital Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan 6. Gunting Untuk menggunting kulit luar kadal 7. Mikroskop stereo Untuk mengamati organ kadal 8. Alat tulis menulis Untuk mencatat hasil pengamatan 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum Classis Reptilia Mabouya multifasciata, Kuhl (Kadal) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Bahan dan kegunaannya pada praktikum ini adalah sebagai berikut: No. Bahan Kegunaan 1. Mabouya multifasciata, Kuhl (Kadal) Sebagai bahan yang akan diamati 2. Formalin Untuk membius kadal IV. PROSEDUR KERJA Prosedur kerja praktikum Classis Reptilia Mabouya multifasciata, Kuhl (Kadal) adalah sebagai berikut: a. Mengambil seekor reptilia, membius dengan formalin, meletakkan di atas papan seksi/gabus, menjepit dengan alat penjepit agar tidak lepas. b. Tahap pertama mengamati secara inspectio dari caput, cervix, truncus dan caudal. Menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian. c. Tahap kedua mengamati secara sectio dengan mengiris secara hati-hati dan teliti pada kulit luar untuk menampakkan alat-alat dalam, agar hasil irisan tidak merusak organ dalam pada reptilia. d. Mengamati topografi (trachea sampai ren), menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian organ. e. Memisahkan caput dari truncus, mengamati cavum oris dan memisahkan badan sampai ekor, mengamati lubang pelepasan, menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian. f. Mengamati di bawah mikroskop stereo system digestorium, menunjukkan bagian dari tractus digestivus dan glandula digestoria. Menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian. g. Mengamati di bawah mikroskop stereo system cardiovasculare. Menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian. h. Mengamati di bawah mikroskop stereo system respiratorium. Menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian. i. Mengamati di bawah mikroskop stereo system urogenitale jantan dan betina dengan menunjukkan organ genitalia dan organ uropoetica. Menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian. j. Mengamati di bawah mikroskop cartilago hyoidea dan sternum, cingulum pectorale dengan cara memisahkan dari organ lainnya, menunjukkan bagian-bagiannya. Menggambar dan memberi keterangan. V. HASIL PENGAMATAN Hasil pengamatan pada praktikum Classis Reptilia Mabouya multifasciata, Kuhl (Kadal) adalah sebagai berikut: a. Inspectio 1. Penampang bagian punggung (facies dorsalis) Keterangan : 1. Kepala (caput) 2. Leher (cervix) 3. Lengan atas (brachium) 4. Lengan bawah (antebrachium) 5. Badan (truncus) 6. Paha (femur) 7. Tungkai bawah (crus) 8. Ekor (caudal) 9. Perut (Abdomen) 2. Sectio A. Sistem pencernaan (system digestorium) Keterangan : A. Saluran Pencernaan (tractus digestivus) 1. Rongga mulut (cavum oris) 2. Kerongkongan (esophagus) 3. Lambung (ventriculus) 4. Usus (intestinum) 5. Kloaka (cloaca) B. Kelenjar Pencernaan (glandula digestoria) 6. Hati (hepar) 7. Pankreas (pancreas) 8. Kantung empedu (vesica fellea) B. Sistem kardiovaskular (system cardiovaskulare) Keterangan: 1. Jantung (cor) 2. Ventrikel kiri 3. Ventrikel kanan C. Sistem Pernafasan (system respiration) Keterangan: 1. Paru-paru (Pulmo) 2. Paru-paru kiri 3. Paru-paru kanan D. Sistem ekskresi (system uropoetica) Keterangan: 1. Ginjal (ren) 2. Kandung kemih (vesica urinaria) 3. Kloaka (cloaca) E. Sistem reproduksi (system urogenitale) kadal jantan Keterangan: 1. Testis 2. Saluran sperma (epididimis) VI. PEMBAHASAN Hewan pertama yang benar-benar merupakan hewan daratan adalah reptilian. Mereka berkembang dari amphibian dalam zaman karbon. Dengan datangnya zaman permulaan, mereka lebih mampu mengatasi keadaan baru dari pada amphibian. Kelebihan utama reptilia yang paling awal terhadap amphibian adalah perkembangan telur yang bercangkang dan berisi kuning telur. Kelas reptilia suatu kelompok yang beraneka ragam dengan banyak garis keturunan yang sudah punah, saat ini diwakili oleh sekitar 7000 spesies, sebagian besar kadal, ular, penyu atau kura-kura dan buaya ini adalah pengelompokan tradisional dan didasarkan pada kemiripan semua tetrapoda tersebut. Reptilian memiliki beberapa adaptasi untuk kehidupan didarat yang umunya tidak ditemukan pada amphibian. Sisik yang mengandung protein keratin membuat kulit reptilia kedap air, sehingga membantu mencegah dehidrasi di udara kering. Dan masih banyak lagi ciri-ciri khusus dari kelas reptilia. Salah satu reptile yang akan diamati yaitu kadal (Mabouya multifasciata). Mabouya multifasciata atau kadal adalah salah satu jenis reptilia yang hidup di darat. Kadal ini merupakan jenis kelompok kadal yang paling banyak di Afrika, kepulauan Indonesia, dan Australia. Jumlah spesies kadal ini melampaui jumlah familia reptil yang lainnya. Separuh atau lebih spesies terdapat di Asia Tenggara dan hanya kira-kira 50 spesies saja yang berada di belahan bumi barat. Kadal adalah vertebrata dengan kulit kering, tertutup oleh sisik-sisik atau papan-papan epidermal. Tengkorak biasanya sedikit tertekan lateral, dengan sebuah kondil oksipital. Sabuk-sabuk badan (girdle) tumbuh baik. Tubuh kadal terbagi menjadi tiga bagian,yaitu kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (caudal). Tubuh kadal ditutupi oleh kulit yang kering dengan sisik-sisik zat tanduk di permukaannya tanpa adanya kelenjar-kelenjar lendir. Kadal bernafas dengan paru-paru yang strukturnya lebih kompleks dari amphibian. Ginjal kadal bertipe metanerfos. Fertilisasinya internal dan bersifat ovovivipar yang menghasilkan telur dengan banyak kuning telur. Telur itu tumbuh dan berkembang dalam oviduk (saluran telur) hewan betina. Saluran telur itu disebut uterus (Tjitrosoepomo, 1979). Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk, terkecuali anggota suku Amphisbaenidae yang tak bersisik. Sisik-sisik itu berupa modifikasi lapisan kulit luar (epidermis) yang mengeras oleh zat tanduk, dan terkadang dilengkapi dengan pelat-pelat tulang di lapisan bawahnya, yang dikenal sebagai osteoderm.Beberapa bentuk sisik yang umum pada reptil adalah: sikloid (cenderung datar membundar), granular (berbingkul-bingkul), dan berlunas (memiliki gigir memanjang di tengahnya, seperti lunas perahu). Perbedaan bentuk dan komposisi sisik-sisik ini pada berbagai bagian tubuh reptil biasa digunakan untuk mengidentifikasi spesies hewan tersebut.Integument pada Reptilia umumnya juga tidak mengandung kelenjar keringat. Lapisan terluar dari integument yang menanduk tidak mengandung sel-sel saraf dan pembuluh darah. Bagian ini mati, dan lama-lama akan mengelupas. Permukaan lapisan epidermal mengalami keratinisasi. Lapisan ini akan ikut hilang apabila hewan berganti kulit. Pada Calotes (bunglon) integument mengalami modifikasi warna. Perubahan warna ini dikarenakan adanya granulea pigment dalam dermis yang terkumpul atau menyebar karena pengaruh yang bermacam-macam. System urogenital terdiri dari terdiri dari dua system yaitu system uropeutik, adalah system pengeluaran dari ekskrit darah melalui ginjal, saluran ginjal dan kandung kemih, zat yang dikeluarkan berupa urine. System kedua adalah system genitalis yang mengeluarkan sel-sel kelamin. Alat pengeluarannya ada dua macam, pada hewan betina yaitu kelenjar kelamin betina yaitu ovarium, dengan saluran telur atau oviduk, salran telur ini bermuara di kloaka. Pada jantan ialah kelenjar kelamin jantan atau testes, dengan saluran vas deferens. Kadal yang kami amati termasuk jenis kadal betina. Pada system genitalis ginjalnya berwarna merah muda dan gerbentuk melonjong. Kandung kencing berada di bawah tulang kemaluan dan anak ginjal berada di bawah ginjal (Kimball, 1998). Sistem pernafasan pada kadal berupa paru-paru. Paru-paru kadal sudah berkembang dengan baik dan ukurannya cukup besar. SIstem pernafasan pada kadal dapat dijumpai tulang tipis yang berlipat-lipat dinamakan tulang turbinal. Pernafasan pada kadal dimulai dari rima glottis, larink, trachea, annulus trachealis (trachea yang tersusun dari cincin tulang rawan), bronchus, bronchioles, bifurcartrachea (percabangan trachea) dan sepasang paru-paru atau pulmo (Sumanto, 1994). Hasil pengamatan anatomi kadal yang telah kami lakukan telah didapatkan bahwa kadal (Mabouya multifasciata) merupakan hewan yang masuk dalam kelas reptilian dan ordo squamata. Tubuh kadal tertutupi oleh kulit yang kering tanpa lender dengan sisik-sisik zat tanduk dipermukaannya. Tubuh kadal terdiri dari tiga bagian, yaitu caput, truncus dan cauda. Kadal mempunyai bentuk kepala yang pipih dan meruncing kebagian ujungnya. Pada bagian kepala terdapat organ-organ yaitu mata, sepasang lubang hiding diujung moncongnya dan telinga yang kecil. Kadal biasanya mempunyai dua pasang anggota badan yang bersifat pentadaktil yaitu anggota depan dan anggota belakang. Membran thympani tidak cembung dan celah auris eksterna jelas dapat dilihat. Palpebra superior dan inferior dapat digerakkan, juga membrane niktitans. Kadal merupakan hewan berkaki empat yang banyak hidup di alam bebas. Umumnya memiliki warna kuning coklat, warna ini sesuai dengan usia dan dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Kadal merupakan reptile yang memiliki panjang tubuh berkisar antara 5-40 cm. Kebanyakan hidup di pepohonan. Umumnya berkulit mengkilap dan mempunyai warna kehijauan hingga coklat. Ciri-ciri khusus kadal yaitu terdapat zat tanduk disepanjang permukaan tubuhnya, ,mempunyai cauda (ekor), jantungnya terdiri dari 2 antrium dan 2 ventriculus. Kadal mempunyai dua pasang anggota badan yang bersifat pentadectil yaitu extrimitas anterior dan extrimitas posterior. Sistem pencernaan pada kadal dimulai dari mulut (cavum oris), pharink, oesophagus, gastrum, intestinum dan kloaka. Kadal mempunyai lidah yang digunakan untuk menangkap mangsa dengan cara menjulurkannya keluar, giginya melekat pada rahang, dari cavum oris dilanjutkan ke pharink, oesophagus dan gastrum. Gastrum dilanjutkan ke intestine, rectum, kloaka. Kloaka merupakan muara tiga saluran, yaitu untuk mengeluarkan sisa pencernaan, secret, dan juga untuk bereproduksi. Sistem pernafasan pada kadal berupa paru-paru. Paru-paru kadal sudah berkembang dengan baik dan ukurannya cukup besar. SIstem pernafasan pada kadal dapat dijumpai tulang tipis yang berlipat-lipat dinamakan tulang turbinal. Pernafasan pada kadal dimulai dari rima glottis, larink, trachea, annulus trachealis (trachea yang tersusun dari cincin tulang rawan), bronchus, bronchioles, bifurcartrachea (percabangan trachea) dan sepasang paru-paru atau pulmo. Sistem eksresi pada kadal berupa sepasang ginjal. Salurannya juga bermuara pada kloaka (muara saluran urine, saluran kelamin dan saluran pencernaan). Ginjal mensekresikan urin, hati yang mensekresikan cairan empedu dan pancreas, kemudian disalurkan melalui vesica urinaris, ureter dan berkahir pda kloaka. Kadal (Mabouya multifasciata) merupakan hewan yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Kadal bersifat ovovivipar, telur kadal akan menetas di dalam tubuh induk betinanya. Makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur. Sistem reproduksi pada kadal jantan terdiri dari sepasang testis, epididimis, vas deferens dan sepasang hemipenis. Hemipenis merupakan alat kopulasi yaitu untuk memasukan sperma ke dalam tubuh kadal betina, hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balikan seperti jari-jari pada sarung tangan karet. Karena kadal mempunyai alat kopulasi, maka kadal mengadakan fertilisasi internal. Kadal betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak disepanjang oviduct menuju kloaka. Ovum kadal betina yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air, hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakan dalam lingkungan basah. Kadal betina terbukti lebih unggul dibanding kadal jantan. Mereka menentukan pasangan, memegang keputusan tentang di mana mereka akan tinggal, bahkan juga menentukan jenis kelamin anak. Semua siklus reproduksi dan perkawinan sangat tergantung oleh pihak betina. Ukuran tubuh betinanya hanya setengah dari kadal jantan. Namun mereka memiliki siklus reproduksi yang cukup unik. Bukan hanya menentukan pasangan dan tempat tinggal saja, kadal betina juga bebas berpasangan dengan lima atau enam kadal jantan sekaligus dalam sekali masa reproduksi. Kadal betina mengumpulkan semua sperma dari pasangannya di dalam rongga perutnya yang bernama spermatesa. Ia juga bebas memilih sperma ini untuk menentukan jenis kelamin anak sesuai keinginannya. secara teori, mereka memilih sperma berdasarkan kromosom seks. Kepioniran kadal betina dibanding pejantannya ini masih merupakan teka-teki, sebab terbukti tubuh kadal betina lebih kecil dari pejantan. Sebelum mengawini betinanya, kadal jantan biasanya berkelahi terlebih dahulu untuk memperlihatkan penguasaannya. VII. Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan yaitu reptilia memiliki ciri khusus, yaitu tubuhnya dibungkus oleh kulit yang menanduk (tidak licin) biasanya dengan sisik atau bercarapace; beberapa ada yang memiliki kelenjar permukaan kulit. Mempunyai dua pasang anggota, yang masing-masing 5 jari dengan kuku-kuku yang cocok untuk lari, mencengkram dan naik pohon. Pada yang masih hidup di air kakinya mempunyai bentuk dayung, dan pada ular bahkan tidak memilikinya. Kadal (Mabouya multifasciata) merupakan hewan yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Kadal bersifat ovovivipar, telur kadal akan menetas di dalam tubuh induk betinanya. Makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur. VIII. DAFTAR PUSTAKA Kimball, John W. 1998. Biologi Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga. Sumanto. 1994. Fisiologi Hewan (Bio-4209). Fakultas Biologi UNS, Surakarta. Tjitrosoepomo, G. 1979. Biologi II. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta

Praktikum ANWANQ


LAPORAN ANATOMI HEWAN PRAKTIKUM I “CLASSIS OSTEICHTHYES” OLEH NAMA : SULHIJA STAMBUK : F1D1 10 104 KELOMPOK : IV (EMPAT) PRODI : BIOLOGI ASISTEN PEMBIMBING : GEDE SULTRA WIRAWAN, S.Si FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2012 I. JUDUL Judul Praktikum ini yaitu “Classis Osteichthyes Oreochormis niloticus (Ikan nila)”. II. TUJUAN Tujuan praktikum ini adalah untuk mengamati bentuk, struktur, susunan, tipe dan letak dari sistem anatomi Tilapia mosambica/ Oreochormis mossambicus (Ikan mujair) atau Oreochormis niloticus (Ikan nila) secara inspectio dan sectio. III. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat yang digunakan pada praktikum Class Osteichthyes ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Alat dan kegunaan pada praktikum Class Osteichthyes No Nama Alat Kegunaan 1 Gunting Untuk memilah-milah organ ikan 2 Cutter/silet Untuk membelah ikan ikan 3 Pinset Untuk mengambil sisik ikan dan insang 4 Jarum pentul Sebagai alat untuk membantu pembedahan 5 Gabus Sebagai papan bedah 6 Kamera digital Untuk mengambil gambar organ ikan 7 Mikroskop stereo Untuk mengamati struktur anatomi ikan nila. 2. Bahan Bahan yang digunakan pada praktikum Class Osteichthyes ini dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum Class Osteichthyes No Nama Alat Kegunaan 1 Ikan nila (Oreochormis niloticus) Sebagai objek yang akan diamati IV. PROSEDUR KERJA Prosedur kerja pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut : 1. Mengambil seekor ikan Tillappia mossambica atau Oreochromis mossambicus (Ikan mujair) atau Oreochormis niloticus (Ikan nila), meletakkan diatas papan seksi/gabus, menjepit dengan alat penjepit agar tidak lepas. 2. Tahap pertama mengamati secara inspection dari caput sampai pada caudal : Apparatus opercularis (tutup insang), tipe squama, extremitasliberae (anggota badan bebas) berupa pinna (sirip), tipe caudal. Menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian. 3. Tahap kedua mengamati secara section dengan mengiris secara hati-hati dan meneliti pada kulit luar untuk menampakkan alat-alat dalam, agar hasil irisan tidak merusak organ dalam ikan ikan. 4. Mengamati topografi (branchia sampai anus), system digestorium (tractus digestivus dan glandula digestoria), system urogenitale (organ genitalia dan organ uropoetica) pada jantan dan betina, system musculare (facieslateralis, bagian cranial, bagian caudal), system cardiovasculare (cor), dengan menggunakan mikroskop stereo, menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian organ. 5. Branchia (insang) padaikan, memisahkan dari tubuh ikan mengamati letak gill raker, lembaran insang, arcus branchialis dan 3 tipe insang dibawah mikroskop stereo dengan perbesaran kuat, menggambar dan memberi keterangan V. HASIL PENGAMATAN 1. Inspectio A. Tutup insang (apparatus opercuralis) Keterangan: 1. Tutup insasng (apparatus opercularis) B. Anggota badan bebas (extremitas liberae) Keterangan : 1. Sirip punggung (pinnae dorsalis) 2. Sirip dada (pinnae pectoralis) 3. Sisik (squama) 4. Sirip perut (pinnae ventralis) 5. Sirip belakang (pinnae analis) 6. Sirip ekor (pinnae caudalis) C. Sisik (Squama) Keterangan: 1. Sisik ctenoid D. Ekor (Caudal) Keterangan: 1. Ekor (caudal) 2. Sectio A. Organ dalam Ikan nila (Oreochromis niloticus) Keterangan : 1. Insang (branchia) 2. Jantung (cor) 3. Hati (hepar) 4. Kantung empedu (vessica fellea) 5. Lambung (ventriculus) 6. Usus (intestinum) 7. Organ kelamin jantan (testis) 8. Anus B. Sistem Pencernaan (Digestorium) Keterangan : a. Saluran pencernaan (tractus digestivus) 1. Rongga mulut (cavum oris) 2. Faring (pharinx) 3. Kerongkongan (esofagus) 4. Lambung (ventriculus) 5. Usus (intestinum) 6. Organ kelamin jantan(testis) b. Kelenjar pencernaan (glandula digestoria) 7. Kantung empedu (vesica fellea) 8. Hati (hepar) 9. Pankreas (pancreas) B. Sistem Reproduksi (Urogenitale) 1) Alat reproduksi pada ikan jantan Keterangan : 1. Testis 2. Sinus urogenitalis 3. Porus urogenitalis 1) Alat reproduksi pada ikan betina Keterangan : 1. Ovarium 2. Sinus urogenitalis 3. Porus urogenitalis C. Sistem Kardiovaskuler Keterangan: 1. Jantung (cor) 2. Sinus venososus 3. Bulbus arterioris D. Sistem Pernafasan Keterangan: 1. Gill raker (gill raker) 2. Lengkung insang (arcus branchialis) 3. Lembaran insang (hemibranchia) VI. PEMBAHASAN Anatomi merupakan suatu kajian tentang organ-organ dalam tubuh ikan, bentuk dan posisi setiap organ dalam berbeda antara satu jenis ikan dan ikan yang lainnya, berkaitan dengan bentuk tubuh, pola adaptasi, dan stadia dalam hidupnya. Lebih lanjut di nyatakan lagi bahwa mempelajari sistem atau organ dalam yang terdapat pada ikan sangat penting untuk mengetahui lebih mendalam guna mempelajari kebiasaan dan hal-hal yang berhubungan dengan pembudidayaan, penangkapan dan pemeliharaan Perlunya mengetahui anatomi dalam adalah untuk dapat mengetahui bentuk dalam suatu organisme, khusunya ikan dan untuk mengetahui fungsi dari struktur dalam organisme tersebut. Dalam pengerjaannya, Ikan yang bisa menjadi salah satu contoh yaitu Ikan mujair (Oreochromis mosambicus). Bagian-bagian Tubuh Ikan Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan. Sebelum kita mengenal bentuk-bentuk tubuh ikan yang bisa menunjukkan dimana habitat ikan tersebut, ada baiknya kita mengenal bagian-bagian tubuh ikan secara keseluruhan beserta ukuran-ukuran yang digunakan dalam identifikasi. Semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan (Fujaya, 2008). Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) mempunyai nama perdagangan yaitu Tilapia mossambica. Ikan ini memiliki bentuk tubuh seperti torpedo dengan panjang tubuh serta hidup di sekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut, tergolong ikan pelagis yang mengkehendaki perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara bergerombol baik diperairan pantai maupun dilepas pantai. Kebiasaan makanannya adalah memakan plankton besar atau kasar, copepoda dan crustacea (Lesmana. 2001). Ciri lain dari morfologi ikan Mujair mengerami telur didalam mulutnya. Tubuhnya sedikit gepeng, pada bagian depan badan dan kepala bentuknya lebih bulat. Mulutnya besar, bibirnya tebal. Sirip punggung bentuknya panjang, disokong oleh 15 – 17 jari – jari keras dan 9 – 10 jari – jari lunak. Ikan mujair ini adalah memiliki type sirip ekor isocercal dan sirip ekornya berpinggiran tegak. (Kimbal, 1992). Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan umum tubuh ikan dibagi atas tiga bagian yaitu bagian kepala yaitu bagian dari ujung mulut terdepan sampai ujung tutup insang paling belakang. (mulut, rahang atas, rahang bawah, gigi, sungut, mata, tutup insang, otak, dan sebagainya). Bagian Badan yaitu bagian yang terletak antara tutup insang paling belakang sampai permulaan sirip dubur. (sirip punggung, sirip dada, sirip perut, organ-organ dalam-hati, empedu, dan sebagainya). Bagian Ekor yaitu bagian yg terletak mulai permulaan sirip dubur sampai ujung sirip ekor terbelakang. (anus, sirip dubur, sirip ekor). Jari-jari sirip dada ikan dapat dikelompokan dalam dua tipe yaitu jari-jari keras dan jari-jari lemah. Jari-jari keras ditulis dengan angka romawi. Sedangkan jari-jari lemah di tulis dengan mrngunakan angka. Sistim integument berdasarkan pada pengamatan kami berfungsi untuk memberikan pewarnaan pada organisme agar dapat menjadi indah, selain itu Sistem Integumen atau kulit pada hewan vertebrata secara umum hampir sama yaitu terdiri dari epidermis turunan dari ektoderm dan dermis turunan dari Mesoderm 2 pola warna pada ikan disebabkan oleh tiga hal yaitu karena konfigurasi Fisik). Lebih lanjut di nyatakan bahwa sistem integument adalah bagian tubuh yang berada pada bagian teluar. Sistem integumen terdiri dari kulit dan derivat-derivatnya yang termasuk derivat kulit adalah sisik, jari-jari, sirip, skut, kill, kelenjar lendir dan kelenjar laven. Struktur ini dapat berupa struktur yang lunak seperti kelenjar ekresi tetapi dapat juga berupa struktur keras, dari kulit ini dinamakan eksoskelet sehubungan dengan bervariasinya sistem integumen seperti pada ikan maka fungsinya juga mempunyai ciri yang terdiri dari sisik, kulit, dan lendir/kelenjar lendir, epidermis, dermis, chomataphore dan otot. Fungsi Integumen yakni membantu memberikam corak atau pewarnaan pana kulit ikan (sisik) agar dapat memberikan keindahan pada ikan,selain itu Integumen juga pelu di nengerti karena bertujuanuntuk mengetahui sistim yang berhubungan dengan darifat kulit dan pola warna ikan. Ikan mujair termasuk dalam golongan ikan omnivora karena memiliki alat pencernaan berupa usus yang panjang dan lambung yang agak besar. Ikan omnivora memiliki lambung yang menyerupai bentuk kantung dan usus 5-6 kali panjang tubuh, sedangkan ikan herbivora memiliki lambung pendek, kecil dan hampir tidak ada tetapi memiliki usus yang sangat panjang sehingga dapat beberapa kali lebih panjang dari tubuh ikan (Khairuman, 2002). Alat pernapasan utama ikan adalah insang, walaupun ada jenis ikan tertentu seperti lungfish yang menggunakan paru-paru. Selain insang dan paru-paru beberapa jenis ikan memiliki alat pernapasan tambahan antara lain labirin pada ikan betook (Anabassp), organarborescent (Clariassp) divertikula pada ikan gabus.Pada ikan mujair insangnya terdiri atas lembar, masing-masing 4 lembar samping kanan dan 4 lembar samping kiri, dan memiliki filamen insang masing-masing 22. Ikan mujair bernapas dengan menggunakan insang. Dan mempuyai organ dalam yakni, otak yang teletak di bagian kepala, Alat Pencernaan (gigi, lambung, usus), ginjal, gelembumg renang, jantung, hati, dan lain-lain. Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi kehidupan seekor ikan adalah harus adanya suplay oksigen yang cukup didalam jaringan. Oksigen ini diperlukan untuk melepas energi, melangsungkan oksidasi lemak dan gula. Energi yang terlepaskan dipergunakan untuk kegitan tubuh di dalam menjalani kehidupan. Pertukaran antara oksigen yang masuk kedalam darah dengan karbondioksida yang keluar dari darah terjadi dengan cara difusi pada pembuluh darah pada insang. Peredaran darah dalam filamen insang merupakan pertemuan anatara pembuluh darah yang berasal dari jantung yang masih banyak mengandung karbondioksida dengan pembuluh darah yang akan meninggalkan filamen insang yang kaya akan oksigen. Difusi oksigen pada filamen insang dibantu oleh tekanan air yang terdapat pada rongga mulut dan air yang dipaksa keluar melalui insang. Pengamatan yang kami lakukan dapat diketahui bagian-bagian organ dalam ikan yaitu Ikan mempunyai insang, di perut ikan terdapat empedu, hati, jantung, usus, saluran kloaka, dan lambung. Bagian anatomi ikan, dimana terdapat insang yang berfungsi sebagai alat pernafasan pada ikan. Terdapat hati dan empedu, hati yang berfunggsi untuk mengambil sari-sari makanan didalam darah serta penghasil empedu, empedu berfungsi sebagai penawar atau penetralisir racun, hati dan empedu ini letaknya selalu berdekatan .Dan terdapat jantung yang berfungsi untuk mengatur sirkulasi darah, jantung ini terletak di depan hati. VII. Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Anatomi merupakan suatu kajian tentang organ-organ dalam tubuh ikan, bentuk dan posisi setiap organ dalam berbeda antara satu jenis ikan dan ikan yang lainnya, berkaitan dengan bentuk tubuh, pola adaptasi, dan stadia dalam hidupnya. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan umum tubuh ikan dibagi atas tiga bagian yaitu bagian kepala yaitu bagian dari ujung mulut terdepan sampai ujung tutup insang paling belakang. (mulut, rahang atas, rahang bawah, gigi, sungut, mata, tutup insang, otak, dan sebagainya). Bagian Badan yaitu bagian yang terletak antara tutup insang paling belakang sampai permulaan sirip dubur. (sirip punggung, sirip dada, sirip perut, organ-organ dalam-hati, empedu, dan sebagainya). Bagian Ekor yaitu bagian yg terletak mulai permulaan sirip dubur sampai ujung sirip ekor terbelakang. (anus, sirip dubur, sirip ekor). VIII. DAFTAR PUSTAKA Fujaya, 2008. Fisiologi Ikan. PT Rineka Cipta, Jakarta. Khairuman, 2002. Budidaya ikan Mujair. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta Kimbal, 1992. Biologi Dasar. Erlangga, Jakarta. Lesmana. D., 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya, Jakarta.