Selasa, 01 Januari 2013

PRAKTIKUM ANWAN 4_Q AVES


I. JUDUL Judul praktikum ini yaitu Classis AVES Sterptopelia chinensis (Tekukur). II. TUJUAN Tujuan praktikum ini adalah Mengamati berbagai bentuk, struktur, susunan, tipe dan letak dari sistem anatomi Sterptopelia chinensis (Tekukur). secara inspection dan section III. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Classis AVES Sterptopelia chinensis (Tekukur) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Alat dan kegunaanya pada praktikum Classis AVES Sterptopelia chinensis (Tekukur). No Nama alat Keguanaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Gunting Cuter/ pisau Pinset Jarum pentul Lap kasar Kamera digital Mikroskop stereo Gabus (pengganti papan seksi) Silet Untuk membedah burung Untuk membedah dan memotong burung Untuk mengambil organ burung Untuk melekatkan burung pada gabus Untuk membersihkan burung Untuk mengambil gambar dan organ burung Untuk melihat organ-organ pada burung Untuk meletakan katak yang akakan di bedah Untuk membedah dan membersihkan daging burung yang masih melekat pada tulangnya. 2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum Classis Aves Sterptopelia chinensis (Tekukur) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Bahan dan kegunaanya pada praktikum Classis Aves Sterptopelia chinensis (Tekukur). No Nama bahan Kegunaan 1 . Sterptopelia chinensis (Tekukur). Sebagai bahan pengamatan IV. PROSEDUR KERJA Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut: a. Mengambil seekor Tekukur (Sterptopelia chinensis), yang sudah dimatikan dengan pisau, meletakan diatas papan seksi/ gabus, jepit dengan alat penjepit agar tidak lepas. b. Mengamati secara inspectio dari caput, cervix, truncus, dan ekstremitas. Menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian. c. Mengamati struktur anatomi, bulu plumae, plumulae dan filoplumae menggambar dan memberi keterangan masin-masing bagian. d. Mengamati skeleton (extremitas superior dan poterior). Menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian. e. Mengamati secara sectio dengan mengiris secara hati-hati dan teliti pada kulit luar untuk menampakkan alat-alat dalam, agar hasil irisan tidak merusak organ dalam pada aves. f. Mengamati topografi (esofagus sampai ren), menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian organ. g. Mengamati cavum oris (maxilla dan mandibula). Menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian organ. h. Mengamati sistem digestorium menunjukan bagian dari tractus digestivus dan glandula digestoria menggambar dan memberikan keterangan masing-masing bagian. i. Menggamati dibawah mikroskop sistem cardiovasculare, menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian. j. Menggamati dibawah mikroskop sistem respiratorium, menggambar dan memberi keterangan masing-masing bagian k. Mengamati dibawah mikroskop sistem urogenilate jantan dan betina menggambar dan memberi keterangan masing-masing. l. Mengamati sternum, cingulum pectorale dengan cara memisahkan dari organ lainnya, menunjukan bagian-bagian, menggambar serta memberi keterangan. V. HASIL PENGAMATAN Hasil pengamatan pada praktikum Classis Aves, Merpati (Columba livia) adalah sebagai berikut : 1. Pengamatan Inspectio 1.1. Morfologi Bagian Punggung (facies dorsalis) 1.2. Morfologi Bagian Perut (facies ventralis) 1.3. Bulu  Plumae  Plumulae  Filoplumulae 1.4. Selekton  Anggota Gerak Atas (extremitas superior)  Anggota Gerak Bawah (extremitas posterior)  Tulang Dada (sternum) dan Gelang Bahu (cingulum pectorale) 2. Sectio 2.1. Topografi 2.2. Rongga Mulut (cavum oris) 2.3. Sistem Kardiovaskular (cardiovasculare) 2.4. Sistem Pencernaan (digestorium) 2.5. Sistem Ekskresi (uropoetica) VI. Pembahasan Aves merupakan satu-satunya kelas dalam kelompok chordata yang cukup unik dengan memiliki bulu dan berbagai macam tipe kaki. Bulu adalah modifikasi dari sisik yang berkembang secara evolusioner dari reptilia. Jantung burung terdiri dari empat ruang dan tergolong hewan berdarah panas. Semua burung menggunakan paruh dan tidak memiliki gigi. Struktur modifikasi untuk terbang meliputi tulang lengkung, rangka apendikular depan berubah menjadi sayap, kantung udara, mata yang lebar, dan cerebellum yang berkembang dengan sangat baik. Pengamatan yang kami lakukan secara langsung menunjukkan bahwa bagian eksternal dari Sterptopelia chinensis terdiri dari caput (kepala), bulu-bulu, truncus (badan), caudal (ekor) dan extrimitas (alat gerak). Pada bagian caput Sterptopelia chinensis terdapat rostrum (paruh), Nares (lubang hidung), cera, organon visus, porus acusticus externus, dan membrane tympani. Pada bagian truncus di liputi bulu-bulu dan terdapat uropygium. Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu. Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1984). Bulu-bulunya terbagi menjadi 3 macam yaitu plumae, plumulae, dan filoplumae. Plumae terdiri dari calamus, rachis, umbilicus inferior, umbilicus superior, vexillum. Plumulae terdiri dari calamus pendek, rachis yang agak tereduksi, barbae panjang dan fleksibel, dan barbulae pendek. Filolumae tubuh di seluruh tubuh tapi jaraknya sangat jarang. Bagian ektrimitasnya terdiri atas extrimitas superior dan extrimitas inferior. Extrimitas superior berupa sayap yang skeletonnya terdiri dari humerus (tulang lengan atas), radius (tulang pengumpil), ulna (tulang hasta), ossa carpalia (tulang pergelangan tangan), carpo metatarsus (tulang telapak tangan), dan digiti (ruas jari). Sedangkan extrimitas inferior berupa tangkai yang terdiri atas patella (tulang lutut), tibio-tarsus (tulang pergelangan kaki), fibula (tulang betis), tarso metatarsus (persatuan antara ossa tarsalia dan ossa metatarsalia), dan phalanges yang terdapat digiti yang mempunyai falcula. Paru-Paru khusus pada burung mempunyai bentuk tubuh yang jauh berbeda dengan binatang yang dianggap sebagai nenek moyangnya, reptil. Paru-paru burung bekerja dengan cara yang sama sekali berbeda dengan hewan menyusui. Hewan menyusui menghirup dan membuang udara melalui batang tenggorokan yang sama. Namun pada burung, udara masuk dan keluar melalui ujung yang berlawanan. "Rancangan" khusus semacam ini diciptakan untuk memberikan volume udara yang diperlukan saat terbang. Evolusi bentuk seperti ini dari reptil tidaklah mungkin. Inspirasi udara kaya oksigen masuk ke paru-paru. Otot antara tulang rusuk (interkosta) berkontraksi sehingga tulang rusuk bergerak ke luar dan tulang dada membesar. Akibatnya teklanan udara dada menjadi kecil sehingga udara luar yang kaya oksigen akan masuk. Udara yang masuk sebagian kecil menuju ke paru-paru dan sebagian besar menuju ke kantong udara sebagai cadangan udara. Ekspirasi yaitu otot interkosta relaksasi sehingga tulang rusuk dan tulang dada ke posisi semula. Akibatnya rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi lebih besar dari pada tekanan udara luar. Ini menyebabkan udara dari paru-paru yang kaya karbondioksida ke luar. Aliran udara searah dalam paru-paru burung didukung oleh suatu sistem kantung udara. Kantung-kantung ini mengumpulkan udara dan memompanya secara teratur ke dalam paru-paru. Dengan cara ini, selalu ada udara segar dalam paru-paru. Sistem pernafasan yang rumit seperti ini telah diciptakan untuk memenuhi kebutuhan burung akan jumlah oksigen yang tinggi. Pernafasan burung saat terbang yaitu saat terbang pergerakan aktif dari rongga dada tidak dapat dilakukan karena tulang dada dan tulang rusuk merupakan pangkal perlekatan otot yang berfungsi untuk terbang. Saat mengepakan sayap (sayap diangkat ke atas), kantong udara di antara tulang korakoid terjepit sehingga udara kaya oksigen pada bagian itu masuk ke paru-paru. Sistem peredaran darah pada Aves meliputi alat-alat transportasi pada burung tekukur (Sterptopelia chinensis) terdiri atas jantung dan pembuluh darah. Jantung terdiri atas empat ruang yaitu serambi kiri, serambi kanan, bilik kiri dan bilik kanan. Darah yang banyak mengandung oksigen yang berasal dari paru-paru tidak bercampur dengan darah yang banyak mengandung karbondioksida yang berasal dari seluruh tubuh. Peredaran darah burung merupakan peredaran darah ganda yang terdiri atas peredaran darah kecil dan peredaran darah besar. Pengaturan suhu tubuh pada Aves meliputi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia. Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan harus mengatur panas yang diterima atau yang hilang ke lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari. Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas. Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya. Sistem pencernaan pada Aves yaitu organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan. Saluran pencernaan pada burung terdiri atas paruh yang merupakan modifikasi dari gigi. Rongga mulut, terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut dan tanduk. Faring, berupa saluran pendek. Esofagus, pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan cepat. Lambung terdiri atas proventrikulus (lambung kelenjar), banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding ototnya tipis. Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal. Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang berguna untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai " hen’s teeth”. Intestinum terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka. Usus halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum. Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada burung merpati tidak terdapat kantung empedu. Terbang merupakan memerlukan sejumlah besar kekuatan. Karena itulah burung memiliki perbandingan jaringan otot terhadap massa tubuh yang terbesar daripada semua makhluk. Metabolisme tubuhnya juga sesuai dengan kekuatan otot yang tinggi. Rata-rata, metabolisme tubuh suatu makhluk berlipat dua kali sewaktu suhu tubuh meningkat sebesar 50°F (10°C). Suhu tubuh burung gereja yang sebesar 108°F (42°C) serta suhu tubuh burung murai (Turdus pilaris) setinggi 109,4°F (43,5°C) menunjukkan betapa cepat kerja metabolisme tubuh mereka. Suhu tubuh yang tinggi seperti itu, yang dapat membunuh makhluk darat, justru sangat penting bagi burung untuk bertahan hidup dengan meningkatkan penggunaan energi, dan, karena itu pula, kekuatannya. Kebutuhan mereka akan banyak energi, burung juga mempunyai tubuh yang mencerna makanan yang mereka makan dalam cara yang optimal. Sistem pencernaan burung memungkinkan mereka memanfaatkan dengan cara terbaik makanan yang mereka makan. Misalnya, seekor bayi bangau menggunakan 2,2 lbs (1 kg) dari massa tubuhnya untuk setiap 6,6 lbs (3 kg) makanan. Pada hewan menyusui dengan pilihan makanan yang serupa, perbandingan ini adalah sekitar 2,2 lbs (1 kg) hingga 22 lbs (10 kg). Sistem peredaran burung juga telah diciptakan selaras dengan kebutuhan energi tinggi mereka. Jika jantung manusia berdetak 78 kali per menit, jumlah detakan adalah 460 untuk burung gereja dan 615 untuk burung murai. Begitu pula, peredaran darah pada burung pun sangat cepat. Oksigen yang memasok seluruh sistem yang bekerja cepat ini disediakan oleh paru-paru unggas khusus. Sistem reproduksi pada aves yaitu kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka. Sistem Genitalia Jantan yaitu yang pertama testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan disimpan spermatozoa. Saluran reproduksi meliputi Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori, duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka. Sistem genitalia betina meliputi ovarium, selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen. Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah infundibulumyang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah magnum yang akan mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland untuk menghasilkan cangkang kapur. Proses festilisasi Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka. Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur. Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang. VII. Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pengamatan yang kami lakukan secara langsung menunjukkan bahwa bagian eksternal dari Sterptopelia chinensis terdiri dari caput (kepala), bulu-bulu, truncus (badan), caudal (ekor) dan extrimitas (alat gerak). Pada bagian caput Sterptopelia chinensis terdapat rostrum (paruh), Nares (lubang hidung), cera, organon visus, porus acusticus externus, dan membrane tympani. Pada bagian truncus di liputi bulu-bulu dan terdapat uropygium. Bagian ektrimitasnya terdiri atas extrimitas superior dan extrimitas inferior. Extrimitas superior berupa sayap yang skeletonya terdiri dari humerus (tulang lengan atas), radius (tulang pengumpil), ulna (tulang hasta), ossa carpalia (tulang pergelangan tangan), carpo metatarsus (tulang telapak tangan), dan digiti (ruas jari). Sedangkan extrimitas inferior berupa tangkai yang terdiri atas patella (tulang lutut), tibio-tarsus (tulang pergelangan kaki), fibula (tulang betis), tarso metatarsus (persatuan antara ossa tarsalia dan ossa metatarsalia), dan phalanges yang terdapat digiti yang mempunyai falcula. VIII. DAFTAR PUSTAKA Brotowidjoyo,D.M. 1990. Zoologi Dasar .Erlangga :Jakarta. Jasin, M. 1987. Zoologi Vertebrata. Penerbit Sinar Wijaya. Surabaya. Kimball, J.W. 1983. Biologi Jilid 3. Erlangga: Jakarta. LAPORAN ANATOMI HEWAN PRAKTIKUM IV “ Classis : AVES” Sterptopelia chinensis (Burung Tekukur) OLEH NAMA : SULHIJA STAMBUK : F1D1 10 104 KELOMPOK : IV (EMPAT) PRODI : BIOLOGI ASISTEN PEMBIMBING : SULASTRI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2012

Tidak ada komentar: