Rabu, 02 Januari 2013

Laporan Pencemaran Lingkungan Uji BOD,COD dan DO pada Aliran Sungai


LAPORAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN PERCOBAAN I PENGUKURAN DO, BOD DAN COD PADA LIMBAH TAHU OLEH NAMA : SULHIJA STAMBUK : F1D1 10 104 KELOMPOK : I (SATU) ASISTEN : ABDUL HAFIZ JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2012 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan industri dan teknologi seringkali berdampak pula terhadap keadaan air lingkungan, baik air sungai, air laut, air danau maupun air tanah. Dampak ini disebabkan oleh adanya pencemaran air yang disebabkan oleh berbagai hal seperti yang telah diuraikan di muka. Salah satu cara untuk menilai seberapa jauh air lingkungan telah tercemar adalah dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air. Industri tahu dan tempe merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota-kota besar dan kecil. Tempe dan tahu merupakan makanan yang digemari oleh banyak orang. Akibat dari banyaknya industri tahu dan tempe, maka limbah hasil proses pengolahan banyak membawa dampak terhadap lingkungan. Limbah dari pengolahan tahu dan tempe mempunyai kadar BOD sekitar 5.000 - 10.000 mg/l, COD 7.000 - 12.000 mg/l. Besarnya beban pencemaran yang ditimbulkan menyebabkan gangguan yang cukup serius terutama untuk perairan disekitar industri tahu dan tempe. Teknologi pengolahan limbah tahu tempe yang ada saat ini pada umumnya berupa pengolahan limbah sistem anaerob. Dengan proses biologis anaerob, efisiensi pengolahan hanya sekitar 70-80 %, sehingga air lahannya masih mengandung kadar polutan organik cukup tinggi, serta bau yang ditimbulkan dari sistem anaerob dan tingginya kadar fosfat merupakan masalah yang belum dapat diatasi. Mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara kombinasi proses biologis anaerob-aerob yakni proses penguraian anaerob dan diikuti dengan proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerob-aerob. Dengan kombinasi proses tersebut diharapkan konsentrasi COD dalan air olahan yang dihasilkan turun menjadi 60 ppm, sehingga jika dibuang tidaklagi mencemari lingkungan sekitarnya. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan pengamatan ini dengan tujuan untuk menambah wawasan mengenai pengukuran DO, BOD, dan COD pada limbah tahu. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pengukuran DO, BOD dan COD pada limbah tahu yaitu bagaimanakah cara pengukuran DO, BOD, dan COD pada limbah tahu ? C. Tujuan Praktikum Tujuan praktikum pengukuran DO, BOD dan COD pada limbah tahu yaitu untuk mengetahui cara pengukuran DO, BOD, dan COD pada limbah tahu. D. Manfaat Praktikum Manfaat pada praktikum pengukuran DO, BOD dan COD pada limbah tahu yaitu dapat mengetahui cara pengukuran DO, BOD, dan COD pada limbah tahu. II. TIJAUAN PUSTAKA Tingkat Oksigen terlarut yang Positif harus dipertahankan dalam pabrik penanganan biologis aerobik untuk memungkinkan biomass mencernakan BOD dan COD secara optimal. Pada saat aerasi biasa digunakan, oksigen dengan tingkat kemurnian yang tinggi menawarkan lebih banyak oksigen tingkat tinggi dan penurunan kadar COD daripada sistem aerasi yang konvensional (Amirullah, 2009). Oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan tidak beracun. Oleh karena itu, untuk mengetahui kadar oksigen terlarut yang terdapat dalam air perlu dilakukan pemeriksaan kadar oksigen. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Pemeriksaan kadar oksigen terlarut didalam air untuk mengetahui tingkat pencemarannya, dapat diketahui melalui pemeriksaan BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan pemeriksaan COD (Chemical Oxygen Demand) (Alimah, 2006). Ciri-ciri air yang mengalami pencemaran sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi. Sebagai contoh air minum yang terpcemar mungkin rasanya akan berubah meskipun perubahan baunya mungkin sukar dideteksi, bau yang menyengat mungkin akan timbul pada pantai laut, sungai dan danau yang terpolusi, kehidupan hewan air akan berkurang pada air sungai yang terpolusi berat, atau minyak yang terlihat terapung pada permukaan air laut menunjukkan adanya polusi. Tanda-tanda polusi air yang berbeda ini disebabkan oleh sumber dan jenis polutan yang berbeda-beda pula (Syamsidar, 2011). Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi.Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasibahan ± bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen. dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasilfotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2005). Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung NaCl. Kadar garam NaCl dalam ait laut 3 %. Dengan keadaan ini, maka air laut tak memenuhi syarat untuk air minum. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bacteriologie. Setelah mengalami suatu mengotoran, pada suatu saat air permukaan tersebut akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri yang dapat melalui proses berikut, udara yang mengadung oksigen atau gas O2 akan membantu mengalami proses pembusukan yang terjadi pada air permukaan yang telah mengalami pengotoran, karena selama dalam perjalanan O2 akan meresap ke dalam air permukaan. Panjangnya daerah perusakan ini tergantung pada sifat dan banyaknya pengotor serta kadar oksigen yang larut. Air sungai dalam penggunaanya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minium pada umumnya dapat mencukupi (Achmad, 2004). DAFTAR PUSTAKA Achmad, Rukaesih, 2004, Kimia Lingkungan, PT. askara Jaya, Jakarta Alimah, Nur., 2006, Kimia Lingkungan, Sekolah Menengah Analisis Kimia Makassar, Makassar. Amirullah, Ismail Marzuki., 2009, Biokimia Kesehatan edisi 1, Pustaka As- salam, Makassar. Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Osean, ITB, Bandung. Walina, S. 2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampak dan Penanggulangannya. IPB, Bogor Syamsidar, 2011, Penuntun Praktikum Kimia Anorganik,:UIN Alauddin, Makassar III. METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Praktikum ini dilakasanakan pada hari Selasa, 11 Oktober 2012 pada pukul 08.00 – selesai yang bertempat di Laboratorium Zoologi Mipa Baru Universitas Haluoleo Kendari B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Alat dan kegunaan yang dipakai pada praktikum ini No Nama Alat Kegunaan 1 Botol krating deng Sebagai wadah untuk menyimpan sampel 4 Alat Tulis-menulis Untuk mmenulis hasil pengamatan 5 Kamera Untuk mengambil hasil pengamatan Sedangkan bahan yang dipakai pada praktikum ini yaitu dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Bahan dan kegunaan yang dipakai pada praktikum ini No Nama Bahan Kegunaan 1 Air limbah tahu Sebagai objek pengamatan C. Prosedur Kerja Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut : 1. BOD dan DO a. Mengambil sampel air limbah tahu menggunakan botol krating deng tanpa gelembung b. Menambahkan 2 mL larutan MnSO4 40%, dan mendiamkan larutan selama beberapa menit untuk menghomogenkan c. Menambahkan 2 mL alkali iodida azida, kemudian mendiamkan hingga muncul endapan berwarna coklat dan memindahkan larutan kegelas kimia kemudian dikocok d. menambahkan 2 mL H2SO4 pekat hingga endapan larut, lalu mengambil 100 mL dan memindahkan larutan kedalam Erlenmeyer e. Larutan yang berada didalam erlenmeyer siap untuk dititrasi dengan larutan Na2 S2 O3 0,025N f. Menambahkan indikator amilum dan melanjutkan kembali dengan titrasi hingga warna biru hilang, kemudian mencatat volume titrasi. g. Menulis hasil pengamatan 2. COD a. Memasukkan 100 mL sampel tanpa gelembung kedalam Erlenmeyer b. Menambahkan 5 mL H2SO4 4N dan menambahkan lagi dengan 10 mL larutan KMnO4 lalu memanaskannya hingga mendidih kurang lebih 5 menit c. Menambahkan 10 mL H2C2O4 0,05N kemudian menitrasi selagi panas dengan larutan KMnO4 0,05N hingga larutan berwarna merah muda. Dan catat hasil volume. d. Menulis hasil pengamatan B. Pembahasan Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air Sedangkan angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air. Melalui kedua cara tersebut dapat ditentukan tingkat pencemaran air lingkungan. Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak berbeda dengan manusia dan mahluk hidup lainnya yang ada di darat yang juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat bertahan hidup, karena air yang tidak mengandung oksigen tidak dapat memberikan kehidupan bagi mikroorganisme, ikan dan hewan air lainnya. Memenuhi kehidupannya, manusia tidak hanya tergantung pada makanan yang berasal dari daratan saja (beras, gandum, sayuran, buah dan daging), akan tetapi juga tergantung pada makanan yang berasal dari air (ikan, kerang, cumi-cumi dan rumput laut). Tanaman yang ada di dalam air, dengan bantuan sinar matahari melakukan fotosintesis yang menghasilkan oksigen dimana oksigen yang dihasilkan dari akan larut di dalam air. Selain itu, oksigen yang ada di udara dapat masuk pula ke dalam air melalui proses difusi yang secara lambat menembus permukaan air. Konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri, kejenuhan air dapat disebabkan oleh koloidal yang melayang di dalam air oleh jumlah larutan limbah yang terlarut di dalam air, selain itu suhu air dan tekanan udara juga dapat mempengaruhi konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air dikarenakan tekanan udara mempengaruhi kecepatan difusi oksigen dari udara ke dalam air. Kemajuan industri dan teknologi seringkali berdampak pula terhadap keadaan air lingkungan, baik air sungai, air laut, air danau maupun air tanah. Dampak ini disebabkan oleh adanya pencemaran air yang disebabkan oleh berbagai faktor. Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah, hal dikarenakan oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah/ mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk). Umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk). Selain dari itu, bahan buangan organik juga dapat bereaksi dengan oksigen yang terlarut di dalam air organik yang ada di dalam air, makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya. Bahan buangan organik biasanya berasal dari industri kertas, industri penyamakan kulit, industri pengolahan bahan makanan (seperti industri pemotongan daging, industri pengalengan ikan, industri pembekuan udang, industri roti, industri susu, industri keju dan mentega), bahan buangan limbah rumah tangga, bahan buangan limbah pertanian, kotoran hewan dan kotoran manusia dan lain sebagainya. Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal darifotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangatberperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Oksigenterlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhanoksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisiskualitas air. Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air dapat ditentukan seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi. Dapat diketahui dengan menggunakan uji COD dan BOD. BOD singkatan dari Biochemical Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen biologi untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan didalam air limbah oleh mikroorganisme. Dalam hal ini bungan organik akan dioksidasi oleh mikroorganisme didalam air limbah, proses ini adalah alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup. Sedangkan COD (Chemical Oxygen Demand) atau oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan didalam air, dalam hal ini bahan buangan organik akan dioksidasi oleh bahan kimia yang digunakan sebagai sumber oksigen oxidizing agent. COD (Chemical Oxygen Demand = Kebutuhan Oksigen Kimia) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organic yang ada dalam sampel air, dimana pengoksidasi K2 Cr2 O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Oksidi-reduktometri merupakan salah satu macam titrasi. Oksidi-reduktometri adalah metode titrimetri berdasarkan reaksi reduksi dan oksidasi dari titran dan titrat. Oksidi-reduktometri digunakan untuk analisis logam dalam suatu persenyawaan dan analisis senyawa organik. Oksidimetri adalah teknik titrasi yang menggunakan titran sebagai suatu oksidator. Salah satu teknik ini adalah permanganometri. Pada metode ini, titran yang digunakan adalah ion permanganat, khususnya dalam bentuk garam kalium permanganat. Ion permanganat bertindak sebagai oksidator dengan hasilreaksi berupa ion Mn 2+. Pembuatan tahu pada prinsipnya dibuat dengan mengekstrak protein, kemudian mengumpulkannya, sehingga terbentuk padatan protein. Pada pengolahan tahu diperlukan air yang banyak, karena hampir semua tahap pada pembuatan tahu 10memerlukan air. Hasil sampingan dari proses pembuatan tahu yaitu “Whey”, berupa cairan dan ampas tahu berupa padatan. Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut antara lain protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa-senyawa tersebut, protein dan lemaklah yang jumlahnya paling besar yang mencapai 40% - 60% protein, 25 - 50% karbohidrat, dan 10% lemak . Semakin lama jumlah bahan organik ini semakin banyak, dalam hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. Untuk menentukan besarnya kandungan bahan organik digunakan beberapa teknik pengujian seperti BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand) dan TOM (Total Organic Meter). Uji BOD merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran bahan organik, baik dari industri ataupun dari rumah tangga.

Tidak ada komentar: